27.8.21

IRCICA Hidupkan Kembali Peradaban dan Seni Kaligrafi Islam

 J https://www.hidayatullah.com/berita/internasional/read/2013/05/03/2851/ircica-hidupkan-kembali-peradaban-dan-seni-kaligrafi-islam.html um'at, 3 Mei 2013 - 15:43 WIB

IRCICA Hidupkan Kembali Peradaban dan Seni Kaligrafi Islam 

Hidayatullah.com— Kompetisi “Kaligrafi Internasional ke-9” yang dilaksanakan oleh the Research Centre for Islamic History, Art and Culture (IRCICA) berpusat di Istanbul – Turki diselenggarakan tiga tahun sekali.

Juri dari kompetisi kaligrafi kali ini telah berkumpul pada tanggal 15-25 April 2013 di markas IRCICA di Yıldız Palace, Istanbul untuk mengevaluasi karya yang masuk dalam kompetisi.

Kompetisi yang akhirnya telah menorehkan tiga Indonesia menjadi juara; Nur Hamidiyah (juara pertama) dan Alim Gema Alamsyah (juara kedua kategori khat maghribi) dan Feri Budiantoro (juara harapan) kategori khat riq’ah ikut dihadiri para juri kaligrafi bertaraf internasional.

Di antara para juri yang hadir adalah; Dr Halit Eren (Direktur Jenderal IRCICA, Ketua Panitia Kompetisi), Mus’ad Khudair Al-Borsaidi (Profesor Kaligrafi, Mesir), Ubaida Muhammad Al-Banki (Profesor Kaligrafi, Suriah), Belaid Hamidi, (Profesor Kaligrafi, Maroko), Dr Abdul Reza Bahia, (Profesor Kaligrafi, Iraq), Jelil Rasouli, (Profesor Kaligrafi, Iran), Fuat Basar, (Profesor Kaligrafi, Turki) dan Davut Bektas, (Profesor Kaligrafi, Turki).

Sepuluh kategori khat yang diperlombakan dalam kompetisi kaligrafi kali ini, yaitu: Jaly Tsuluts, Tsuluts, Naskh, Jaly Ta’liq, Nasta’liq, Diwani Jaly, Diwani, Kufi, Riq’ah dan Maghribi.

Juri memeriksa 900 karya yang dikirim oleh 672 peserta dari 39 negara, yang diklasifikasikan terlebih dahulu oleh sekretariat kompetisi.

Pelaksanaan ini berlangsung dalam tahap pemilihan, dengan mempertimbangkan aturan dan kondisi kompetisi dan standar kualitas minimum yang akan diperlukan dalam kompetisi internasional ini, karya-karya tersebut telah melalui proses pemilihan yang sangat ketat hingga menyisakan karya-karya terbaik.

IRCICA adalah sebuah lembaga internasional yang aktif di bidang penelitian, penerbitan, dokumentasi dan informasi. Mandatnya mencakup aneka tema di bidang sejarah negara-negara Muslim, sejarah seni dan ilmu dalam Islam, dan bidang studi lainnya dalam budaya dan peradaban Islam. Melalui kegiatan kompetisi kaligrafi ini, IRCICA bertujuan memperkenalkan kebudayaan dan peradaban Islam di seluruh dunia dan bertindak sebagai katalis untuk penelitian dan kerjasama di bidang yang bersangkutan, untuk mempromosikan mental toleransi antar sesama Muslim dan dengan bangsa dan budaya dari dunia lain.

Seperti diketahui, IRCICA memulai kegiatannya pada tahun 1980 sebagai induk pertama dari Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang berhubungan dengan kebudayaan.

Markas besar IRCICA berada di tiga bangunan bernama Seyir Pavilion, Cit Qasr dan Gedung Yaveran dalam sejarah Istana Yildiz di Besiktas, Istanbul. Bangunan-bangunan ini dialokasikan untuk pusat oleh Pemerintah Republik Turki.

Ide kompetisi kaligrafi internasional pertama kali disebutkan dalam “Deklarasi Istanbul untuk Seni Islam” yang diterbitkan pada “Simposium Internasional tentang ‘Prinsip umum, Bentuk dan Tema Seni Islam’” yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Sejarah Islam, Seni dan Budaya (IRCICA) pada bulan April 1983.

Para master dan pecinta kaligrafi menghadiri simposium dianggap berbagai aspek seni ini dan menekankan peran yang dimainkan oleh kaligrafi di berbagai cabang sebagai pemersatu seni Islam. Mereka juga mengakui kebutuhan dan kegunaan mengorganisir kompetisi kaligrafi.

Tujuan dari kompetisi internasional ini adalah untuk menghidupkan kembali dan mendorong pengembangan “Kaligrafi Islam klasik”. Dengan demikian, hal ini bertujuan untuk mendorong seniman kaligrafi Islam untuk menghasilkan karya dalam kerangka semangat tradisional dan untuk melindunginya dari tren yang muncul di luar prinsip-prinsip “Kaligrafi Islam klasik”.

Upaya ini akan memberikan dasar umum untuk semua kaligrafi Muslim untuk bertukar pengetahuan dan pendekatan mereka, dan memungkinkan pengembangan rasa artistik saling dihargai oleh umat Islam di seluruh dunia.

Dalam semangat untuk mendorong seniman muda untuk meniru contoh dari guru besar kaligrafi dan pada saat yang sama untuk memperingati prestasi mereka.

IRCICA mengorganisir kompetisi internasional pertama (1986) atas nama Hamid al-Amidi (1891-1982); kedua (1989) atas nama Yaqut al-Mustasimi (? -698/1298); ketiga (1992) atas nama Ibn al-Bawwab (? -413/1022); keempat (1997) atas nama Syeikh Hamdullah (833-926/1429-1520); kelima (2000) atas nama Sayyid Ibrahim (1897-1994); keenam (2003) dalam nama Mir Imad al-Hasani (961-1024/1554-1615); ketujuh (2006) atas nama kaligrafer Iraq, Hasyim Muhammad al-Baghdadi (1335-1393/1917- 1973); kedelapan atas nama kaligrafi Suriah Muhammad Badawi al-Dirani (1312-1387/1894-1967); dan pada kompetisi kali ini mendedikasikan sebuah nama yang memiliki kontribusi luar biasa menghidupkan kembali dan mempromosikan seni kaligrafi Islam; Ekmeleddin Ihsanoglu.

Sekjen OKI itu pernah memegang jabatan ketua kehormatan dari juri kompetisi bergengsi di dunia seni kaligrafi ini. */Maher Sholeh 

Rep: Admin Hidcom
Editor: Cholis Akbar


Read more...

Sumbangan Utsmaniyah dalam Ilmu Seni Kaligrafi Islam

 https://www.hidayatullah.com/spesial/ragam/read/2018/10/24/153381/sumbangan-utsmaniyah-dalam-ilmu-seni-kaligrafi-islam.html

Sumbangan Utsmaniyah dalam Ilmu Seni Kaligrafi Islam 

Hidayatullah.com–Salah satu era keemasan Kesultanan Utsmaniyah (Kerajaan Ottoman) berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satunya adalah  berkembangnya salah cabang seni kaligrafi Islam atau lebih tepat disebut seni khat Arab, sebuah seni yang sangat dicintai dan dihormati oleh Turki Utsmaniyah, tumbuh subur terutama di Kota Istanbul.

Di antara beragam bentuk seni Islam, penulisan khat Al-Quran adalah salah satu seni  yang sangat dihormati. Ini kerena seni khat menjadi sarana penting melestarikan Al-Quran.

Sejarah mencatat, di masa Kesultanan Turki Utsmani, seni khat mendapat tempat yang terhormat.  Tak hanya para seniman dan pelajar yang menggeluti seni menulis huruf Arab itu, tetapi beberapa sultan pun dikenal sebagai khatath andal.

Semua bermula di abad ke 10, ketika orang orang Turki memutuskan migrasi dan meninggalkan tanah kelahirannya.Mereka menuju wilayah Turkestan, Afghanistan, dan Iran.  Sebelumnya, nilai-nilai Islam telah menjadi pegangan bagi sebagian besar warga di tiga wilayah itu.

Baca: Indahnya Kaligrafi Gaya Dekoratif Mahroji 

Kontak ini kemudian membuat orang-orang Turki secara massal berpindah agama (Islam) dan memutuskan menjadi Muslim. Setelah memeluk Islam, kecintaan mereka terhadap bahasa Arab pun tumbuh.

Secara perlahan, mereka meninggalkan abjad Uighur lama yang sebelumnya digunakan. Bahasa Arab pun mereka gunakan hingga seribu tahun sampai muncul abjad baru Turki pada 1928.

Meski telah memiliki abjad sendiri, kecintaan orang-orang Turki terhadap bahasa dan tulisan Arab tak pernah pudar. Kecintaah inilah yang menumbuhsuburkan perkembangan seni kaligrafi Islam atau khat.

Sebuah naskah Al-Quran dari Afrika Utara . 750-800 M, kombinasi unik dari beberapa aspek gaya kaligrafi Kufi awal

Perkembangan seni tersebut kian mencapai kegemilangannya saat lahir sebuah pemerintahan Islam, Turki Utsmani. Seni khat tak hanya ada di dalam hati warga, tapi pemerintah juga mendorong perkembangan seni kaligrafi tersebut.

Tak heran jika Kota Istanbul, yang merupakan pusat administrasi pemerintahan Turki Usmani, menjadi pusat perkembangan seni khat. Di kota itu, karya-karya kaligrafi yang paling indah dan sangat berkualitas bermunculan.

Meski seni kaligrafi bukanlah asli Turki, bangsa Turki mampu mengadopsi seni kaligrafi dan mengembangkannya menjadi seni khat secara baik. Perkembangan ini diiringi dengan semangat keagamaan dan kesenian yang luar biasa. Termasuk, dukungan dari penguasa.

Saat berkuasa, Sultan Mehmed Sang Penakluk memberikan perhatian besar pada seni murni secara umum dan seni khat pada khususnya. Ini terlihat dengan banyaknya koleksi tulisan khat yang ditulis oleh penulis khat jenius, Syeikh Hamdullah (1429-1520).

Baca: 3 Putra Indonesia Raih Juara dalam Kompetisi Kaligrafi Internasional .

Berawal dari masa kejayaan Syeikh Hamdullah, seni khat era Turki Utsmani terus bertahan dalam rentang waktu yang panjang, yakni lima abad. Seni khat Turki Utsmani mencapai titik keemasannya pada abad ke-19 dan 20.

Meski Syeikh Hamdullah dipuja sebagai bapak kaligrafi Turki, namun ranah khat di negeri itu tak melulu tampil dengan khat Hamdullah. Dalam perkembangannya, muncul khatkhat lain.

Di antaranya ilmu yang bekembang adalah; khat jelî , syikastah, syikastah-amiz, diwani, dan diwani jelî Syikastah (bentuk patah) adalah biasanya digunakan untuk keperluan praktis.

Sementara khat diwani dikembangkan oleh Ibrahim Munif pada akhir abad ke-15. Khat ini didominasi oleh garis-garis melengkung dan bersusun. Belakangan, khat diwani dikembangkan lagi dan lahirlah khat diwani baru.

Khat diwani baru itu disebut juga dengan diwani jelî  atau humayuni (kerajaan). Khat ini dikembangkan sepenuhnya oleh Hafidz Usman dan murid-muridnya.

Ketika Sultan Bayezid II wafat, kejayaan Syeikh Hamdullah pun meredup. Khatath (penulis khat)yang sepanjang hayatnya telah menulis 47 salinan Al-Quran itu pun memutuskan angkat kaki dari Istanbul dan pulang ke kota asalnya di Anatolia Utara, Turki bagian barat.

Seni Khat ini juga banyak digunakan untuk panel dekoratif prasasti pada bangunan keagamaan, serta arsitektur bangunan-bangunan publik. Khat jelî tersebut juga diterapkan pada buku-buku, seperti penulisan Mushaf Al-Quran.

Baca: IRCICA Hidupkan Kembali Peradaban dan Seni Kaligfari Islam 

Di kemudian hari, khat itu dikombinasikan dengan bentuk-bentuk geometri dan bentuk alam. Secara umum, perkembangan kaligrafi sebagai seni dekoratif disebabkan oleh sejumlah faktor, antara lain, Al-Quran yang memberikan inspirasi.Biasanya, para pakar khat menuliskan ayat-ayat Al-Quran sebagai hiasan sekaligus simbol keagamaan di masjid-masjid. Tujuannya dari penulisan ini sendiri bukan hanya sekadar untuk menciptakan dekorasi yang indah.

Selain kekhasan khat yang berkembang di wilayah Turki Utsmani, ada bebera model khat yang secara umum berkembang di dunia Islam; khat kufi, tsuluts (tsulutsi) dan naskhiKhat kufi berasal dari Kufah, merupakan sebuah kota yang dikenal dengan banyaknya penulis transkripsi Al-Quran.

Khat Tsuluts pertama kali dibuat pada abad ke-7 pada zaman Khalifah Ummayah akan tetapi baru dikembangkan pada akhir Abad ke-9.

Khat kufi biasanya memiliki bentuk huruf berbentuk panjang sehingga cocok untuk hiasan arsitektur. Sedangkan naskhi, merupakan khat kaligrafi yang lebih tua dibandingkan kufiKhat kaligrafi ini lebih banyak dikembangkan di dunia Islam.*

Rep: Admin Hidcom
Editor: Cholis Akbar


Read more...

KALIGRAFI DAN KESUSASTERAAN












 http://kamipunyeblog.blogspot.com/2009/03/kaligrafi-dan-kesusasteraan.html

Tuesday, March 17, 2009

KALIGRAFI DAN KESUSASTERAAN

2.1  PENGARUH DARI TAMADUN ISLAM

2.1.1 KALIGRAFI

Kaligrafi Islam atau lebih sinonim dengan nama ´seni khat´ merupakan khazanah tertua di dunia yang masih dimiliki oleh umat Islam. Perkembangan Islam yang tersebar ke seluruh pelusuk dunia, menyaksikan kaligrafi Islam teradaptasi dengan perubahan yang berlaku tanpa menghilangkan ciri dan nilai keIslamannya. Penulisan Khat yang pertama di dunia dipercayai dihasilkan di KufahIraq pada kurun ke tujuh.

Seni kesusasteraan Islam dikatakan berkembang ke alam Melayu pada abad ke-14. Hal ini, sejajar dengan perkembangan agama Islam itu sendiri yang semakin diiktiraf sebagai agama universal. Seni khat juga telah sampai ke Tanah Melayu serentak dengan kedatangan islam di rantau ini. Sumbangan yang besar ke alam melayu kerana sebelum ini mereka buta huruf dan tidak mempunyai tulisan. Tulisan yang diperkenalkan oleh islam di rantau ini dikenali sebagai tulisan jawi. Pada zaman kegemilangan kerajaan melayu islam diseluruh alam melayu , seni khat di abadikan di atas duit syiling.

Selain itu cokmar, cop mohor, pingat dan bintang kebesaran kerajaan negeri di Malaysia juga di ukir dengan ayat – ayat al-quran. Juga diabadikan di diatas tenunan songket untuk memperolehi perlindungan daripada Allah. Pameran seni khat diadakan di pusat islam , jabatan perdana menteri dan lain-lain. Ini adalah salah satu medium untuk penghayatan dan penghargaan terhadap seni khat dan ukiran islam. Pengaruh Islam dalam seni Khat di jumpai pada batu nisan dan ukiran kayu. Terdapat juga tulisan khat Arab pada bilah mata keris.

Kemunculan tulisan jawi (يواج نسسيلوت) adalah berkait rapat dengan kedatangan agama Islam ke Nusantara. Tulisan Jawi berasal dari tulisan Arab dan merupakan huruf-huruf Arab yang dimasukkan ke dalam sistem penulisan bahasa Melayu. Tulisan Jawi adalah tulisan rasmi bagi negara Brunei dan digunakan meluas di Malaysia, Filipina dan Indonesia.

Tulisan Jawi adalah antara tulisan terawal yang pernah ditemui. Tulisan ini telah berkembang sejak zaman Kerajaan Islam Pasai kemudian disebarkan ke Kerajaan Melaka, Kerajaan Johor dan juga Aceh pada abad ke-17. Bukti kewujudan tulisan ini di Malaysia adalah dengan terjumpanya Batu Bersurat Terengganu yang bertarikh 702H atau 1303M manakala tulisan Rumi yang paling awal ditemui adalah pada akhir kurun ke-19. Ini menunjukkan tulisan Jawi telah sampai ke negara ini lebih awal berbanding tulisan Rumi

2.1.2. KESUSASTERAAN

Pada zaman sebelum kedatangan Islam, masyarakat Arab menyanjung dan memandang tinggi para penyair-penyair berbakat. Pesta dan jamuan besar-besaran dengan menyembelih binatang-binatang ternakkan dan di iringi oleh tarian dan nyanyian wanita-wanita sering diadakan khas untuk para penyair tersebut. Antara penyair yang terkenal pada zaman itu ialah Hassan bin Thabit, Hatim al-Tai, Al-A’sya, Muhalhil bin rabiah, Zuheir bin Abi Salma, Tarfah bin Al-Abd, Al-Qatami, Al-Hutaiah dan lain-lain lagi. Kedudukan yang terhormat tersebut terjadi kerana mereka adalah juru cakap kabilahnya. Peranan penyair itu ialah meninggikan kabilahnya sambil merendahkan kabilah lain. Mereka juga merupakan jurnalis dan sejarawan. Tema syair Arab zaman jahiliah ini selalunya berkisar kepada kisah-kisah kaum mereka atau keadaan sekitar. Bahasa yang digunakan dalam syair-syair tersebut ialah bahasa Arab Quraisy.

Bagi meningkatkan mutu syair, diadakan pertandingan menggubah syair pada musim haji terutama di pasar Ukkaz. Mereka mengambil kesempatan pada musim haji kerana pada masa itulah Mekah menjadi tumpuan orang mengerjakan haji. Syair-syair yang menang digantung di Kaabah dan ditulis dengan warna emas untuk tatapan masyarakat.


2.2 PENGARUH DARI TAMADUN CINA

2.2.1 KALIGRAFI

Sistem tulisan Shang adalah sistem tulisan Cina yang terawal di negara China. Mereka juga menggunakan tulisan bergambar yang melambangkan sesuatu objek. Orang China juga menggunakan tulisan simbol untuk menggambarkan idea abstrak atau kompleks. Terdapat 3000 simbol pada zaman Dinasti Shang. Tulisan berbentuk simbol dikenali sebagai ideogram’atau ‘ideografik’. Pada zaman Dinasti Shang jurutulis menggunakan berus atau kayu runcing untuk menulis. Tulisan diguris di atas kepingan buluh, kulit siput, tulang,kulit kura-kura, batu jed, gangsa, kayu, tembikar dan sutera. Kepingan-kepingan buluh yang telah ditulis itu diikat untuk menjadi sebuah buku. Tulisan penting kerana ia boleh menjadi alat untuk memelihara perpaduan negara.

Sun –tsu (awal kurun ke-4 SM) telah mengarang buku ‘ The Art of The War yang menyentuh tentang strategi peperangan. Banyak kajian dan karya telah dihasilkan pada zaman Dinasti Han. Tokoh penting yang hidup pada zaman Dinasti Han ialah Ssu Ma Chien yang juga dikenali sebagai Bapa Sejarah China.

Puisi juga mendapa tempat di negara China. Pada zaman Dinasti Tang (618-907 M) penyair-penyair agungnya mendapat sanjungan yang tinggi di negara China jika dibandingkan pada zaman-zaman yang lain. Antara penyair yang terkenal ialah Tu Fu dan Li Po. Nada puisi ialah kesayuan dan kegembiraan.

Pada zaman Dinasti Yuan bidang novel berkembang dengan pesat dan setengah-setengah novel telah mencapai kepada tahap mutu yang tinggi walaupun pada mulanya tidak dianggap sebagai kesusasteraan dalam erti kata yang sebenar.

Bentuk-bentuk seni tulisan Cina banyak dipengaruhi oleh fahaman Daoisme terutama seni catan dan kaligrafi dan ia menentukan sifat-sifat yang dianggap penting dalam kesenian tersebut.Ini jelas kerana seorang seniman Cina bertujuan menyelaraskan kegiatan penghasilan sesebuah hasil seni catan dengan prinsip-prinsip atau proses alam semesta. Menurut fahaman ini, manusia boleh melakukan perbuatan dan kegiatan yang bersifat semulajadi dan spontan melalui proses pelukisan gambar kerana ianya satu cara bagi mengharmonikan diri dengan proses alam semesta. 

Manusia boleh timbul dalam catan lanskap tersebut tetapi merupakan bentuk-bentuk yang kecil kerana menurut Daoisme, manusia cuma sebagai elemen yang kecil dalam dunia alam semesta yang amat luas dan besar ini. 

Manakala kemahiran-kemahiran yang digunakan dalam tulisan kaligrafi atau huruf Cina, diaplikasikan oleh seniman-seniman Cina kepada penghasilan gerakan -gerakan berus yang terdapat dalam kaligrafi atau huruf Cina yang terdapat dalam sebuah lukisan yang berjaya. 

Keadaan ini juga sama dengan sebuah pantun atau puisi Cina kerana disamping ia disampaikan dengan tulisan-tulisan yang yang cantik, ia juga dihargai oleh masyarakat Cina kerana ia dapat menimbulkan perasaan dan maksud-maksud tertentu seperti nasihat . 


2.2.2 KESUSASTERAAN

Sun –tsu (awal kurun ke-4 SM) telah mengarang buku ‘ The Art of The War yang menyentuh tentang strategi peperangan. Banyak kajian dan karya telah dihasilkan pada zaman Dinasti Han. Tokoh penting yang hidup pada zaman Dinasti Han ialah Ssu Ma Chien yang juga dikenali sebagai Bapa Sejarah China.

Puisi juga mendapa tempat di negara China. Pada zaman Dinasti Tang (618-907 M) penyair-penyair agungnya mendapat sanjungan yang tinggi di negara China jika dibandingkan pada zaman-zaman yang lain. Antara penyair yang terkenal ialah Tu Fu dan Li Po. Nada puisi ialah kesayuan dan kegembiraan.

Pada zaman Dinasti Yuan bidang novel berkembang dengan pesat dan setengah-setengah novel telah mencapai kepada tahap mutu yang tinggi walaupun pada mulanya tidak dianggap sebagai kesusasteraan dalam erti kata yang sebenar.

2.3 PENGARUH DARI TAMADUN INDIA

2.3.1 KALIGRAFI

Tulisan tamadun Indus adalah berbentuk piktograf. Ia dikesan pada cap-cap yang ditemui. Kewujudan tulisan itu membuktikan bahawa masyarakat Indus telah maju dalam bidang intelektual. Antara contoh tulisan india ialah Tulisan Pallava iaitu suatu sistem tulisan abjad suku kata (abugida) yang berasal daripada tulisan Brahmi dari Selatan India. Tulisan ini juga dikenali sebagai Vatteluttu atau "tulisan bulat". 

2.3.2 KESUSASTERAAN 

Orang Aryan dan bahasa Sanskrit turut memainkan peranan penting dalam perkembangan kesusasteraan India. Orang Arya telah menghasilkan Rig-Veda yang merupakan kumpulan sajak agama dan tradisi lisan. Karya ini telah ditulis pada tahun 1000 SM.

India juga terkenal dengan dua buah epik iaitu Mahabharata dan Ramayana. Kedua-dua epik ini menceritakan kehidupan dalam tamadun awal India.Mahabharata mengandungi syair yang menceritakan tentang permusuhan Pandawa dan Kaurava. Ia ditulis oleh Vyasa. Ramayana pula menceritakan tentang pengembaraan Rama mencari isterinya Sita yang telah ditawan oleh Ravana. Ia ditulis oleh Valmiki.

Di Selatan India, orang Dravidia menghasilkan corak kesusasteraan yang berbeza dengan orang Aryan di utara India. Mereka menghasilkan sastera berbentuk epik, prosa lirik dan sajak yang berunsur falsafah. Tulisan mereka menulis menggunakan bahasa Tamil. Karya-karya mereka yang terkenal ialah Ettuttokai, Pattuppattu, Tolkappiyam dan Tirukkural


Read more...

Sejarah Singkat Kaligrafi Islam


 



Sejarah Singkat Kaligrafi Islam

Published on 16 September, 2017  in Kaligrafi

Last updated on October 4th, 2017 01:10 pm


Kaligrafi adalah seni menuliskan teks ke dalam bentuk lukisan menggunakan pena, kuas, atau alat tulis lainnya ke media tertentu. Awalnya kaligrafi dituangkan ke media kertas papyrus, namun seiring dengan perkembangan waktu, media kaligrafi juga ditemukan di media lainnya yang lebih bervariasi seperti batu, dinding, koin, sutra, kertas kanvas, perhiasan, plat kuningan, kaca, keramik, dan lainnya. Bagi Muslim, kemampuan menulis—dalam arti luas –merupakan pembeda antara manusia dengan hewan, menulis merupakan wujud dari kecerdasan tertinggi manusia. Bapak hukum internasional Islam, Ibrahim ash-Shaybani, mengatakan tulisan adalah “bahasa tangan, idiom pikiran, ambassador akal, otoritas tertinggi pemikiran, senjata pengetahuan, dan sahabat terbaik bagi keimanan diantara jurang waktu.”[1]


Abad ke-16 adalah permulaan dari seni kaligrafi Islam menjadi bentuk risalah, di mana gaya-gaya dalam kaligrafi sudah menemukan formulasi bakunya. Al-Quran dan puisi-puisi Islam dituangkan secara massif dituangkan ke dalam bentuk kaligrafi dengan kekhasan gaya kaligrafi dari berbagai aliran. Semenjak itu seni kaligrafi telah memainkan peran penting bagi perkembangan kebudayaan Islam. Seni kaligrafi Islam boleh dibilang memiliki lingkup tidak terbatas, variasi serta aplikasi pemakaiannya bisa dituangkan ke media seni tulis apapun. Maka tidak mengherankan, bukan hanya dunia Islam saja yang menggunakan kaligrafi dengan teks Arab, dunia barat pun terpengaruh oleh kaligrafi Islam.[2]



Teknik menulis kaligrafi bukanlah sesuatu yang asal-asalan, ada alasan tertentu dibalik setiap teknik, ada geometri yang akurat, ada kaidah-kaidah ketat di dalamnya, ada kesepakatan tidak tertulis diantara para seniman kaligrafi: seindah, sevariatif, serumit apapun kaligrafi, jangan sampai mengubah makna dan teks asli Alquran. Bahkan di awal perkembangan pencatatan Alquran ke dalam media tulis, kaligrafi difungsikan sebagai alat bantu untuk membaca Al-quran agar tidak salah ucap yang bisa mengakibatkan perubahan makna. Diantara sumbangan kaligrafi untuk pencatatan Alquran adalah munculnya tanda baca dan pewarnaan tertentu supaya orang tidak salah dalam membaca Alquran. Kaligrafi untuk tujuan pencatatan Al-Quran pertama kali dibuat di masa kepemimpinan Abdul Malik bin Marwan (685-705).[3]




Al-Quran di masa dinasti Umayyah, sebelum tahun 725[4] (Museum of


Turkish and Islamic Arts, Istanbul}


Pada abad ke-7, yaitu pada masa awal pencatatan Al-quran, muncul istilah “Kufic”, yaitu gaya kaligrafi pertama yang digunakan untuk mencatat Al-quran, gaya tersebut dikembangkan di kota Kufa, salah satu kota di Iraq. Oleh karena itulah disebut Kufic, diambil dari kata “Kufa”. Namun sebenarnya dari manakah asal usul munculnya Alphabet Arab? Alphabet Arab yang digunakan di dalam Al-Quran sulit dilacak dari mana asal usulnya, namun legenda mengatakan bahwa penemu Alphabet Arab adalah Nabi Idris, konon Alphabet ini tidak memiliki garis melengkung sebagaimana Alphabet Arab yang kita ketahui hari ini. Namun terlepas dari hal tersebut, seniman Kufic pada masa itu mengatakan bahwa seniman kaligrafi Islam yang pertama adalah Ali Bin Abi Thalib, beliau adalah penemu pertama gaya kufic. Beliau adalah master kaligrafi yang pertama. Bahkan seniman kufic ternama, Sultan Ali Mashhadi, salah satu master gaya Nasta’liq Persia mengatakan “kemasyuran karyaku adalah haknya Ali“. Pernyataan bahwa Ali Bin Abi Thalib adalah kaligrafer Islam yang pertama dapat dilacak dari karya Ali yang khas, yakni cara penulisan Alphabet Arab dengan 1/6 garis melengkung dan  5/6 garis lurus , atau dengan definisi lain “lengkungan kecil di awal huruf“, sebagaimana dapat dilihat dari huruf alif karya Ali bin Abi Thalib[5] di bawah ini:



KEPALA ALIF BERCABANG KARYA ALI BIN ABI THALIB

Gaya menulis kaligrafi memiliki koneksi yang kuat dengan politik dan kebudayaan pada saat gaya tersebut diciptakan. Walaupun demikian, belum tentu seniman penciptanya mendukung penguasa pada saat itu, namun  gaya kaligrafi minimal dapat digunakan sebagai alat identifikasi perjalanan sejarah Islam, misalnya saja gaya Mushaf Al-Hadina diciptakan pada saat dinasti Zirid berkuasa.  Di tempat lain, ada Al-Quran mushaf Ibnu Al Bawwab (wafat 1022) yang hidup di masa dinasti Buyid. Di masa selanjutnya ada nama  Mir Ali Tabrizi (wafat 1420), dan Mir Ali Harafi (1506-1544), yang termasyur dengan gaya Nasta’lic, atau juga dikenal dengan gaya Persia, mereka di masa dinasti Shaybanid. Gaya-gaya tersebut bermigrasi ke daerah lain, dan mempengaruhi atau saling mempengaruhi di daerah baru, kemudian seiring berjalannya waktu muncul penguasa baru, dan ada gaya baru kaligrafi pula yang melekat dengan penguasa tersebut. [6]




Mushaf Al-Hadina (Purchase, James and Diane Burke Gift, in honor of Dr. Marilyn


Jenkins-Madina, 2007)[7]


 



AL-QURAN KARYA IBNU AL BAWWAB


NASTA’LIQ KARYA MIR ALI TABRIZI


NASTA’LIQ KARYA MIR ALI HARAFI

 


Masuknya Kaligrafi Arab ke Eropa


Kaligrafi Arab mulai dikenal di Eropa pada abad pertengahan, pada masa tersebut kaligrafi Arab seringkali digunakan untuk kepentingan dekoratif. Sebagai contoh, Roger II (1095-1154), Raja Sicily, Italia, memiliki mantel yang diduga dibuat oleh pengrajin asal Arab. Bagian bawah dari mantel tersebut menggunakan kufic, yang terjemahannya: “ini (mantel) adalah milik kerajaan yang dilindungi oleh hukum, yang diberkati oleh keberuntungan dan kehormatan, dibuat dengan kesempurnaan, dengan kuasa dan kepantasan, dengan sanksinya dan kesejahteraannya, dengan kemurahan hati dan keagungan….”[8]



MANTEL ROGER II, RAJA SICILY, TERBUAT DARI SUTRA DAN PERMATA, SEPANJANG BAGIAN BAWAHNYA DIHIASI OLEH KUFIC. (COPYRIGHT KAISERLICHE SCHATZKAMMER, VIENNA, ACC. NO. WS XIII 14)

 


Pada masa selanjutnya, huruf Arab masuk ke Jerman, diperkenalkan oleh bangsawan Jerman yang bernama Bernhard von Breydenbach pada akhir abad ke-15.  Breydenbach diketahui telah melakukan perjalanan ke Jerusalem, Gunung Sinai, dan Palestina dalam rangka mencari kedamaian untuk jiwanya, yang mana dia merasa telah menyia-nyiakan masa mudanya. Sekembalinya dari perjalanan, Breydenbach membawa dokumen-dokumen dalam bentuk potongan kayu. Dari salah satu dokumen tersebut ditemukan lukisan dan aksara Arab, yang mana di kemudian hari dikenal dengan istilah Saracen.[9]



SARACEN DENGAN ALPHABET ARAB YANG DIBAWA OLEH BERNHARD VON BREYDENBACH KE JERMAN PADA AKHIR ABAD KE-15.

 


Di kemudian hari, aksara Arab dikenal lebih luas lagi diperkenalkan oleh Arabist berkebangsaan Austria bernama Adolf Grohmann (1825-1895). Selain itu penyair besar asal Jerman, Johann Wolfgang von Goethe (1770–1771) juga diketahui dalam karyanya West–östlicher Divan (1819) terpengaruh oleh syair-syair Arab.[10] Di masa kini, hasil penelitian Adolf Grohmann dikembangkan lagi oleh Dominique Sourdel dan Janine Sourdel-Thomine, mereka menulis buku yang berjudul A Glossary of Islam (2002).[11] (PH)



SALAH SATU HALAMAN WEST–ÖSTLICHER DIVAN KARAYA GOETHE, TERDAPAT AKSARA ARAB DI DALAMNYA. (WIKIMEDIA: FOTO H.-P.HAACK)

 


[1] Annemarie Schimmel, Calligraphy and Islamic Culture, (London: I.B Tauris & Co Ltd, 1990), hlm. 1


[2] Ibid., hlm 1


[3] Ibid., hlm 4


[4] Robert F. Worth, “Crafting the Koran”, diakses dari: http://www.nybooks.com/daily/2017/02/09/crafting-the-koran/, pada tanggal 16 September 2017.


[5] Annemarie Schimmel, loc. Cit.,hlm 3


[6] Ibid., hlm 6


[7] “Bifolium from the “Nurse’s Qur’an” (Mushaf al-Hadina)”, diakses dari: http://www.metmuseum.org/art/collection/search/456074, pada tanggal 16 September 2017


[8] “Mantle of Roger II of Sicily”, diakses dari: https://www.trc-leiden.nl/trc-needles/individual-textiles-and-textile-types/secular-ceremonies-and-rituals/mantle-of-roger-ii-of-sicily, Textile Research Center-Leiden, pada tanggal 10 September 2017.


[9] Bernhard von Breydenbach, Peregrinatio in Terram Sanctam, (Lyon: 1489-90), diakses dari: https://www.nls.uk/collections/rare-books/collections/breydenbach, pada tanggal 10 September 2017.


[10] Annemarie Schimmel, loc. Cit.,hlm 2


[11] Dominique Sourdel dan Janine Sourdel-Thomine, A Glossary of Islam, terjemahan ke bahasa Inggris oleh Caroline Higgitt (Edinburgh: University Press, 2007).


Baca selanjutnya: https://ganaislamika.com/sejarah-singkat-kaligrafi-islam/


Read more...