27.8.21

Sumbangan Utsmaniyah dalam Ilmu Seni Kaligrafi Islam

 https://www.hidayatullah.com/spesial/ragam/read/2018/10/24/153381/sumbangan-utsmaniyah-dalam-ilmu-seni-kaligrafi-islam.html

Sumbangan Utsmaniyah dalam Ilmu Seni Kaligrafi Islam 

Hidayatullah.com–Salah satu era keemasan Kesultanan Utsmaniyah (Kerajaan Ottoman) berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satunya adalah  berkembangnya salah cabang seni kaligrafi Islam atau lebih tepat disebut seni khat Arab, sebuah seni yang sangat dicintai dan dihormati oleh Turki Utsmaniyah, tumbuh subur terutama di Kota Istanbul.

Di antara beragam bentuk seni Islam, penulisan khat Al-Quran adalah salah satu seni  yang sangat dihormati. Ini kerena seni khat menjadi sarana penting melestarikan Al-Quran.

Sejarah mencatat, di masa Kesultanan Turki Utsmani, seni khat mendapat tempat yang terhormat.  Tak hanya para seniman dan pelajar yang menggeluti seni menulis huruf Arab itu, tetapi beberapa sultan pun dikenal sebagai khatath andal.

Semua bermula di abad ke 10, ketika orang orang Turki memutuskan migrasi dan meninggalkan tanah kelahirannya.Mereka menuju wilayah Turkestan, Afghanistan, dan Iran.  Sebelumnya, nilai-nilai Islam telah menjadi pegangan bagi sebagian besar warga di tiga wilayah itu.

Baca: Indahnya Kaligrafi Gaya Dekoratif Mahroji 

Kontak ini kemudian membuat orang-orang Turki secara massal berpindah agama (Islam) dan memutuskan menjadi Muslim. Setelah memeluk Islam, kecintaan mereka terhadap bahasa Arab pun tumbuh.

Secara perlahan, mereka meninggalkan abjad Uighur lama yang sebelumnya digunakan. Bahasa Arab pun mereka gunakan hingga seribu tahun sampai muncul abjad baru Turki pada 1928.

Meski telah memiliki abjad sendiri, kecintaan orang-orang Turki terhadap bahasa dan tulisan Arab tak pernah pudar. Kecintaah inilah yang menumbuhsuburkan perkembangan seni kaligrafi Islam atau khat.

Sebuah naskah Al-Quran dari Afrika Utara . 750-800 M, kombinasi unik dari beberapa aspek gaya kaligrafi Kufi awal

Perkembangan seni tersebut kian mencapai kegemilangannya saat lahir sebuah pemerintahan Islam, Turki Utsmani. Seni khat tak hanya ada di dalam hati warga, tapi pemerintah juga mendorong perkembangan seni kaligrafi tersebut.

Tak heran jika Kota Istanbul, yang merupakan pusat administrasi pemerintahan Turki Usmani, menjadi pusat perkembangan seni khat. Di kota itu, karya-karya kaligrafi yang paling indah dan sangat berkualitas bermunculan.

Meski seni kaligrafi bukanlah asli Turki, bangsa Turki mampu mengadopsi seni kaligrafi dan mengembangkannya menjadi seni khat secara baik. Perkembangan ini diiringi dengan semangat keagamaan dan kesenian yang luar biasa. Termasuk, dukungan dari penguasa.

Saat berkuasa, Sultan Mehmed Sang Penakluk memberikan perhatian besar pada seni murni secara umum dan seni khat pada khususnya. Ini terlihat dengan banyaknya koleksi tulisan khat yang ditulis oleh penulis khat jenius, Syeikh Hamdullah (1429-1520).

Baca: 3 Putra Indonesia Raih Juara dalam Kompetisi Kaligrafi Internasional .

Berawal dari masa kejayaan Syeikh Hamdullah, seni khat era Turki Utsmani terus bertahan dalam rentang waktu yang panjang, yakni lima abad. Seni khat Turki Utsmani mencapai titik keemasannya pada abad ke-19 dan 20.

Meski Syeikh Hamdullah dipuja sebagai bapak kaligrafi Turki, namun ranah khat di negeri itu tak melulu tampil dengan khat Hamdullah. Dalam perkembangannya, muncul khatkhat lain.

Di antaranya ilmu yang bekembang adalah; khat jelî , syikastah, syikastah-amiz, diwani, dan diwani jelî Syikastah (bentuk patah) adalah biasanya digunakan untuk keperluan praktis.

Sementara khat diwani dikembangkan oleh Ibrahim Munif pada akhir abad ke-15. Khat ini didominasi oleh garis-garis melengkung dan bersusun. Belakangan, khat diwani dikembangkan lagi dan lahirlah khat diwani baru.

Khat diwani baru itu disebut juga dengan diwani jelî  atau humayuni (kerajaan). Khat ini dikembangkan sepenuhnya oleh Hafidz Usman dan murid-muridnya.

Ketika Sultan Bayezid II wafat, kejayaan Syeikh Hamdullah pun meredup. Khatath (penulis khat)yang sepanjang hayatnya telah menulis 47 salinan Al-Quran itu pun memutuskan angkat kaki dari Istanbul dan pulang ke kota asalnya di Anatolia Utara, Turki bagian barat.

Seni Khat ini juga banyak digunakan untuk panel dekoratif prasasti pada bangunan keagamaan, serta arsitektur bangunan-bangunan publik. Khat jelî tersebut juga diterapkan pada buku-buku, seperti penulisan Mushaf Al-Quran.

Baca: IRCICA Hidupkan Kembali Peradaban dan Seni Kaligfari Islam 

Di kemudian hari, khat itu dikombinasikan dengan bentuk-bentuk geometri dan bentuk alam. Secara umum, perkembangan kaligrafi sebagai seni dekoratif disebabkan oleh sejumlah faktor, antara lain, Al-Quran yang memberikan inspirasi.Biasanya, para pakar khat menuliskan ayat-ayat Al-Quran sebagai hiasan sekaligus simbol keagamaan di masjid-masjid. Tujuannya dari penulisan ini sendiri bukan hanya sekadar untuk menciptakan dekorasi yang indah.

Selain kekhasan khat yang berkembang di wilayah Turki Utsmani, ada bebera model khat yang secara umum berkembang di dunia Islam; khat kufi, tsuluts (tsulutsi) dan naskhiKhat kufi berasal dari Kufah, merupakan sebuah kota yang dikenal dengan banyaknya penulis transkripsi Al-Quran.

Khat Tsuluts pertama kali dibuat pada abad ke-7 pada zaman Khalifah Ummayah akan tetapi baru dikembangkan pada akhir Abad ke-9.

Khat kufi biasanya memiliki bentuk huruf berbentuk panjang sehingga cocok untuk hiasan arsitektur. Sedangkan naskhi, merupakan khat kaligrafi yang lebih tua dibandingkan kufiKhat kaligrafi ini lebih banyak dikembangkan di dunia Islam.*

Rep: Admin Hidcom
Editor: Cholis Akbar


Read more...

KALIGRAFI DAN KESUSASTERAAN












 http://kamipunyeblog.blogspot.com/2009/03/kaligrafi-dan-kesusasteraan.html

Tuesday, March 17, 2009

KALIGRAFI DAN KESUSASTERAAN

2.1  PENGARUH DARI TAMADUN ISLAM

2.1.1 KALIGRAFI

Kaligrafi Islam atau lebih sinonim dengan nama ´seni khat´ merupakan khazanah tertua di dunia yang masih dimiliki oleh umat Islam. Perkembangan Islam yang tersebar ke seluruh pelusuk dunia, menyaksikan kaligrafi Islam teradaptasi dengan perubahan yang berlaku tanpa menghilangkan ciri dan nilai keIslamannya. Penulisan Khat yang pertama di dunia dipercayai dihasilkan di KufahIraq pada kurun ke tujuh.

Seni kesusasteraan Islam dikatakan berkembang ke alam Melayu pada abad ke-14. Hal ini, sejajar dengan perkembangan agama Islam itu sendiri yang semakin diiktiraf sebagai agama universal. Seni khat juga telah sampai ke Tanah Melayu serentak dengan kedatangan islam di rantau ini. Sumbangan yang besar ke alam melayu kerana sebelum ini mereka buta huruf dan tidak mempunyai tulisan. Tulisan yang diperkenalkan oleh islam di rantau ini dikenali sebagai tulisan jawi. Pada zaman kegemilangan kerajaan melayu islam diseluruh alam melayu , seni khat di abadikan di atas duit syiling.

Selain itu cokmar, cop mohor, pingat dan bintang kebesaran kerajaan negeri di Malaysia juga di ukir dengan ayat – ayat al-quran. Juga diabadikan di diatas tenunan songket untuk memperolehi perlindungan daripada Allah. Pameran seni khat diadakan di pusat islam , jabatan perdana menteri dan lain-lain. Ini adalah salah satu medium untuk penghayatan dan penghargaan terhadap seni khat dan ukiran islam. Pengaruh Islam dalam seni Khat di jumpai pada batu nisan dan ukiran kayu. Terdapat juga tulisan khat Arab pada bilah mata keris.

Kemunculan tulisan jawi (يواج نسسيلوت) adalah berkait rapat dengan kedatangan agama Islam ke Nusantara. Tulisan Jawi berasal dari tulisan Arab dan merupakan huruf-huruf Arab yang dimasukkan ke dalam sistem penulisan bahasa Melayu. Tulisan Jawi adalah tulisan rasmi bagi negara Brunei dan digunakan meluas di Malaysia, Filipina dan Indonesia.

Tulisan Jawi adalah antara tulisan terawal yang pernah ditemui. Tulisan ini telah berkembang sejak zaman Kerajaan Islam Pasai kemudian disebarkan ke Kerajaan Melaka, Kerajaan Johor dan juga Aceh pada abad ke-17. Bukti kewujudan tulisan ini di Malaysia adalah dengan terjumpanya Batu Bersurat Terengganu yang bertarikh 702H atau 1303M manakala tulisan Rumi yang paling awal ditemui adalah pada akhir kurun ke-19. Ini menunjukkan tulisan Jawi telah sampai ke negara ini lebih awal berbanding tulisan Rumi

2.1.2. KESUSASTERAAN

Pada zaman sebelum kedatangan Islam, masyarakat Arab menyanjung dan memandang tinggi para penyair-penyair berbakat. Pesta dan jamuan besar-besaran dengan menyembelih binatang-binatang ternakkan dan di iringi oleh tarian dan nyanyian wanita-wanita sering diadakan khas untuk para penyair tersebut. Antara penyair yang terkenal pada zaman itu ialah Hassan bin Thabit, Hatim al-Tai, Al-A’sya, Muhalhil bin rabiah, Zuheir bin Abi Salma, Tarfah bin Al-Abd, Al-Qatami, Al-Hutaiah dan lain-lain lagi. Kedudukan yang terhormat tersebut terjadi kerana mereka adalah juru cakap kabilahnya. Peranan penyair itu ialah meninggikan kabilahnya sambil merendahkan kabilah lain. Mereka juga merupakan jurnalis dan sejarawan. Tema syair Arab zaman jahiliah ini selalunya berkisar kepada kisah-kisah kaum mereka atau keadaan sekitar. Bahasa yang digunakan dalam syair-syair tersebut ialah bahasa Arab Quraisy.

Bagi meningkatkan mutu syair, diadakan pertandingan menggubah syair pada musim haji terutama di pasar Ukkaz. Mereka mengambil kesempatan pada musim haji kerana pada masa itulah Mekah menjadi tumpuan orang mengerjakan haji. Syair-syair yang menang digantung di Kaabah dan ditulis dengan warna emas untuk tatapan masyarakat.


2.2 PENGARUH DARI TAMADUN CINA

2.2.1 KALIGRAFI

Sistem tulisan Shang adalah sistem tulisan Cina yang terawal di negara China. Mereka juga menggunakan tulisan bergambar yang melambangkan sesuatu objek. Orang China juga menggunakan tulisan simbol untuk menggambarkan idea abstrak atau kompleks. Terdapat 3000 simbol pada zaman Dinasti Shang. Tulisan berbentuk simbol dikenali sebagai ideogram’atau ‘ideografik’. Pada zaman Dinasti Shang jurutulis menggunakan berus atau kayu runcing untuk menulis. Tulisan diguris di atas kepingan buluh, kulit siput, tulang,kulit kura-kura, batu jed, gangsa, kayu, tembikar dan sutera. Kepingan-kepingan buluh yang telah ditulis itu diikat untuk menjadi sebuah buku. Tulisan penting kerana ia boleh menjadi alat untuk memelihara perpaduan negara.

Sun –tsu (awal kurun ke-4 SM) telah mengarang buku ‘ The Art of The War yang menyentuh tentang strategi peperangan. Banyak kajian dan karya telah dihasilkan pada zaman Dinasti Han. Tokoh penting yang hidup pada zaman Dinasti Han ialah Ssu Ma Chien yang juga dikenali sebagai Bapa Sejarah China.

Puisi juga mendapa tempat di negara China. Pada zaman Dinasti Tang (618-907 M) penyair-penyair agungnya mendapat sanjungan yang tinggi di negara China jika dibandingkan pada zaman-zaman yang lain. Antara penyair yang terkenal ialah Tu Fu dan Li Po. Nada puisi ialah kesayuan dan kegembiraan.

Pada zaman Dinasti Yuan bidang novel berkembang dengan pesat dan setengah-setengah novel telah mencapai kepada tahap mutu yang tinggi walaupun pada mulanya tidak dianggap sebagai kesusasteraan dalam erti kata yang sebenar.

Bentuk-bentuk seni tulisan Cina banyak dipengaruhi oleh fahaman Daoisme terutama seni catan dan kaligrafi dan ia menentukan sifat-sifat yang dianggap penting dalam kesenian tersebut.Ini jelas kerana seorang seniman Cina bertujuan menyelaraskan kegiatan penghasilan sesebuah hasil seni catan dengan prinsip-prinsip atau proses alam semesta. Menurut fahaman ini, manusia boleh melakukan perbuatan dan kegiatan yang bersifat semulajadi dan spontan melalui proses pelukisan gambar kerana ianya satu cara bagi mengharmonikan diri dengan proses alam semesta. 

Manusia boleh timbul dalam catan lanskap tersebut tetapi merupakan bentuk-bentuk yang kecil kerana menurut Daoisme, manusia cuma sebagai elemen yang kecil dalam dunia alam semesta yang amat luas dan besar ini. 

Manakala kemahiran-kemahiran yang digunakan dalam tulisan kaligrafi atau huruf Cina, diaplikasikan oleh seniman-seniman Cina kepada penghasilan gerakan -gerakan berus yang terdapat dalam kaligrafi atau huruf Cina yang terdapat dalam sebuah lukisan yang berjaya. 

Keadaan ini juga sama dengan sebuah pantun atau puisi Cina kerana disamping ia disampaikan dengan tulisan-tulisan yang yang cantik, ia juga dihargai oleh masyarakat Cina kerana ia dapat menimbulkan perasaan dan maksud-maksud tertentu seperti nasihat . 


2.2.2 KESUSASTERAAN

Sun –tsu (awal kurun ke-4 SM) telah mengarang buku ‘ The Art of The War yang menyentuh tentang strategi peperangan. Banyak kajian dan karya telah dihasilkan pada zaman Dinasti Han. Tokoh penting yang hidup pada zaman Dinasti Han ialah Ssu Ma Chien yang juga dikenali sebagai Bapa Sejarah China.

Puisi juga mendapa tempat di negara China. Pada zaman Dinasti Tang (618-907 M) penyair-penyair agungnya mendapat sanjungan yang tinggi di negara China jika dibandingkan pada zaman-zaman yang lain. Antara penyair yang terkenal ialah Tu Fu dan Li Po. Nada puisi ialah kesayuan dan kegembiraan.

Pada zaman Dinasti Yuan bidang novel berkembang dengan pesat dan setengah-setengah novel telah mencapai kepada tahap mutu yang tinggi walaupun pada mulanya tidak dianggap sebagai kesusasteraan dalam erti kata yang sebenar.

2.3 PENGARUH DARI TAMADUN INDIA

2.3.1 KALIGRAFI

Tulisan tamadun Indus adalah berbentuk piktograf. Ia dikesan pada cap-cap yang ditemui. Kewujudan tulisan itu membuktikan bahawa masyarakat Indus telah maju dalam bidang intelektual. Antara contoh tulisan india ialah Tulisan Pallava iaitu suatu sistem tulisan abjad suku kata (abugida) yang berasal daripada tulisan Brahmi dari Selatan India. Tulisan ini juga dikenali sebagai Vatteluttu atau "tulisan bulat". 

2.3.2 KESUSASTERAAN 

Orang Aryan dan bahasa Sanskrit turut memainkan peranan penting dalam perkembangan kesusasteraan India. Orang Arya telah menghasilkan Rig-Veda yang merupakan kumpulan sajak agama dan tradisi lisan. Karya ini telah ditulis pada tahun 1000 SM.

India juga terkenal dengan dua buah epik iaitu Mahabharata dan Ramayana. Kedua-dua epik ini menceritakan kehidupan dalam tamadun awal India.Mahabharata mengandungi syair yang menceritakan tentang permusuhan Pandawa dan Kaurava. Ia ditulis oleh Vyasa. Ramayana pula menceritakan tentang pengembaraan Rama mencari isterinya Sita yang telah ditawan oleh Ravana. Ia ditulis oleh Valmiki.

Di Selatan India, orang Dravidia menghasilkan corak kesusasteraan yang berbeza dengan orang Aryan di utara India. Mereka menghasilkan sastera berbentuk epik, prosa lirik dan sajak yang berunsur falsafah. Tulisan mereka menulis menggunakan bahasa Tamil. Karya-karya mereka yang terkenal ialah Ettuttokai, Pattuppattu, Tolkappiyam dan Tirukkural


Read more...

Sejarah Singkat Kaligrafi Islam


 



Sejarah Singkat Kaligrafi Islam

Published on 16 September, 2017  in Kaligrafi

Last updated on October 4th, 2017 01:10 pm


Kaligrafi adalah seni menuliskan teks ke dalam bentuk lukisan menggunakan pena, kuas, atau alat tulis lainnya ke media tertentu. Awalnya kaligrafi dituangkan ke media kertas papyrus, namun seiring dengan perkembangan waktu, media kaligrafi juga ditemukan di media lainnya yang lebih bervariasi seperti batu, dinding, koin, sutra, kertas kanvas, perhiasan, plat kuningan, kaca, keramik, dan lainnya. Bagi Muslim, kemampuan menulis—dalam arti luas –merupakan pembeda antara manusia dengan hewan, menulis merupakan wujud dari kecerdasan tertinggi manusia. Bapak hukum internasional Islam, Ibrahim ash-Shaybani, mengatakan tulisan adalah “bahasa tangan, idiom pikiran, ambassador akal, otoritas tertinggi pemikiran, senjata pengetahuan, dan sahabat terbaik bagi keimanan diantara jurang waktu.”[1]


Abad ke-16 adalah permulaan dari seni kaligrafi Islam menjadi bentuk risalah, di mana gaya-gaya dalam kaligrafi sudah menemukan formulasi bakunya. Al-Quran dan puisi-puisi Islam dituangkan secara massif dituangkan ke dalam bentuk kaligrafi dengan kekhasan gaya kaligrafi dari berbagai aliran. Semenjak itu seni kaligrafi telah memainkan peran penting bagi perkembangan kebudayaan Islam. Seni kaligrafi Islam boleh dibilang memiliki lingkup tidak terbatas, variasi serta aplikasi pemakaiannya bisa dituangkan ke media seni tulis apapun. Maka tidak mengherankan, bukan hanya dunia Islam saja yang menggunakan kaligrafi dengan teks Arab, dunia barat pun terpengaruh oleh kaligrafi Islam.[2]



Teknik menulis kaligrafi bukanlah sesuatu yang asal-asalan, ada alasan tertentu dibalik setiap teknik, ada geometri yang akurat, ada kaidah-kaidah ketat di dalamnya, ada kesepakatan tidak tertulis diantara para seniman kaligrafi: seindah, sevariatif, serumit apapun kaligrafi, jangan sampai mengubah makna dan teks asli Alquran. Bahkan di awal perkembangan pencatatan Alquran ke dalam media tulis, kaligrafi difungsikan sebagai alat bantu untuk membaca Al-quran agar tidak salah ucap yang bisa mengakibatkan perubahan makna. Diantara sumbangan kaligrafi untuk pencatatan Alquran adalah munculnya tanda baca dan pewarnaan tertentu supaya orang tidak salah dalam membaca Alquran. Kaligrafi untuk tujuan pencatatan Al-Quran pertama kali dibuat di masa kepemimpinan Abdul Malik bin Marwan (685-705).[3]




Al-Quran di masa dinasti Umayyah, sebelum tahun 725[4] (Museum of


Turkish and Islamic Arts, Istanbul}


Pada abad ke-7, yaitu pada masa awal pencatatan Al-quran, muncul istilah “Kufic”, yaitu gaya kaligrafi pertama yang digunakan untuk mencatat Al-quran, gaya tersebut dikembangkan di kota Kufa, salah satu kota di Iraq. Oleh karena itulah disebut Kufic, diambil dari kata “Kufa”. Namun sebenarnya dari manakah asal usul munculnya Alphabet Arab? Alphabet Arab yang digunakan di dalam Al-Quran sulit dilacak dari mana asal usulnya, namun legenda mengatakan bahwa penemu Alphabet Arab adalah Nabi Idris, konon Alphabet ini tidak memiliki garis melengkung sebagaimana Alphabet Arab yang kita ketahui hari ini. Namun terlepas dari hal tersebut, seniman Kufic pada masa itu mengatakan bahwa seniman kaligrafi Islam yang pertama adalah Ali Bin Abi Thalib, beliau adalah penemu pertama gaya kufic. Beliau adalah master kaligrafi yang pertama. Bahkan seniman kufic ternama, Sultan Ali Mashhadi, salah satu master gaya Nasta’liq Persia mengatakan “kemasyuran karyaku adalah haknya Ali“. Pernyataan bahwa Ali Bin Abi Thalib adalah kaligrafer Islam yang pertama dapat dilacak dari karya Ali yang khas, yakni cara penulisan Alphabet Arab dengan 1/6 garis melengkung dan  5/6 garis lurus , atau dengan definisi lain “lengkungan kecil di awal huruf“, sebagaimana dapat dilihat dari huruf alif karya Ali bin Abi Thalib[5] di bawah ini:



KEPALA ALIF BERCABANG KARYA ALI BIN ABI THALIB

Gaya menulis kaligrafi memiliki koneksi yang kuat dengan politik dan kebudayaan pada saat gaya tersebut diciptakan. Walaupun demikian, belum tentu seniman penciptanya mendukung penguasa pada saat itu, namun  gaya kaligrafi minimal dapat digunakan sebagai alat identifikasi perjalanan sejarah Islam, misalnya saja gaya Mushaf Al-Hadina diciptakan pada saat dinasti Zirid berkuasa.  Di tempat lain, ada Al-Quran mushaf Ibnu Al Bawwab (wafat 1022) yang hidup di masa dinasti Buyid. Di masa selanjutnya ada nama  Mir Ali Tabrizi (wafat 1420), dan Mir Ali Harafi (1506-1544), yang termasyur dengan gaya Nasta’lic, atau juga dikenal dengan gaya Persia, mereka di masa dinasti Shaybanid. Gaya-gaya tersebut bermigrasi ke daerah lain, dan mempengaruhi atau saling mempengaruhi di daerah baru, kemudian seiring berjalannya waktu muncul penguasa baru, dan ada gaya baru kaligrafi pula yang melekat dengan penguasa tersebut. [6]




Mushaf Al-Hadina (Purchase, James and Diane Burke Gift, in honor of Dr. Marilyn


Jenkins-Madina, 2007)[7]


 



AL-QURAN KARYA IBNU AL BAWWAB


NASTA’LIQ KARYA MIR ALI TABRIZI


NASTA’LIQ KARYA MIR ALI HARAFI

 


Masuknya Kaligrafi Arab ke Eropa


Kaligrafi Arab mulai dikenal di Eropa pada abad pertengahan, pada masa tersebut kaligrafi Arab seringkali digunakan untuk kepentingan dekoratif. Sebagai contoh, Roger II (1095-1154), Raja Sicily, Italia, memiliki mantel yang diduga dibuat oleh pengrajin asal Arab. Bagian bawah dari mantel tersebut menggunakan kufic, yang terjemahannya: “ini (mantel) adalah milik kerajaan yang dilindungi oleh hukum, yang diberkati oleh keberuntungan dan kehormatan, dibuat dengan kesempurnaan, dengan kuasa dan kepantasan, dengan sanksinya dan kesejahteraannya, dengan kemurahan hati dan keagungan….”[8]



MANTEL ROGER II, RAJA SICILY, TERBUAT DARI SUTRA DAN PERMATA, SEPANJANG BAGIAN BAWAHNYA DIHIASI OLEH KUFIC. (COPYRIGHT KAISERLICHE SCHATZKAMMER, VIENNA, ACC. NO. WS XIII 14)

 


Pada masa selanjutnya, huruf Arab masuk ke Jerman, diperkenalkan oleh bangsawan Jerman yang bernama Bernhard von Breydenbach pada akhir abad ke-15.  Breydenbach diketahui telah melakukan perjalanan ke Jerusalem, Gunung Sinai, dan Palestina dalam rangka mencari kedamaian untuk jiwanya, yang mana dia merasa telah menyia-nyiakan masa mudanya. Sekembalinya dari perjalanan, Breydenbach membawa dokumen-dokumen dalam bentuk potongan kayu. Dari salah satu dokumen tersebut ditemukan lukisan dan aksara Arab, yang mana di kemudian hari dikenal dengan istilah Saracen.[9]



SARACEN DENGAN ALPHABET ARAB YANG DIBAWA OLEH BERNHARD VON BREYDENBACH KE JERMAN PADA AKHIR ABAD KE-15.

 


Di kemudian hari, aksara Arab dikenal lebih luas lagi diperkenalkan oleh Arabist berkebangsaan Austria bernama Adolf Grohmann (1825-1895). Selain itu penyair besar asal Jerman, Johann Wolfgang von Goethe (1770–1771) juga diketahui dalam karyanya West–östlicher Divan (1819) terpengaruh oleh syair-syair Arab.[10] Di masa kini, hasil penelitian Adolf Grohmann dikembangkan lagi oleh Dominique Sourdel dan Janine Sourdel-Thomine, mereka menulis buku yang berjudul A Glossary of Islam (2002).[11] (PH)



SALAH SATU HALAMAN WEST–ÖSTLICHER DIVAN KARAYA GOETHE, TERDAPAT AKSARA ARAB DI DALAMNYA. (WIKIMEDIA: FOTO H.-P.HAACK)

 


[1] Annemarie Schimmel, Calligraphy and Islamic Culture, (London: I.B Tauris & Co Ltd, 1990), hlm. 1


[2] Ibid., hlm 1


[3] Ibid., hlm 4


[4] Robert F. Worth, “Crafting the Koran”, diakses dari: http://www.nybooks.com/daily/2017/02/09/crafting-the-koran/, pada tanggal 16 September 2017.


[5] Annemarie Schimmel, loc. Cit.,hlm 3


[6] Ibid., hlm 6


[7] “Bifolium from the “Nurse’s Qur’an” (Mushaf al-Hadina)”, diakses dari: http://www.metmuseum.org/art/collection/search/456074, pada tanggal 16 September 2017


[8] “Mantle of Roger II of Sicily”, diakses dari: https://www.trc-leiden.nl/trc-needles/individual-textiles-and-textile-types/secular-ceremonies-and-rituals/mantle-of-roger-ii-of-sicily, Textile Research Center-Leiden, pada tanggal 10 September 2017.


[9] Bernhard von Breydenbach, Peregrinatio in Terram Sanctam, (Lyon: 1489-90), diakses dari: https://www.nls.uk/collections/rare-books/collections/breydenbach, pada tanggal 10 September 2017.


[10] Annemarie Schimmel, loc. Cit.,hlm 2


[11] Dominique Sourdel dan Janine Sourdel-Thomine, A Glossary of Islam, terjemahan ke bahasa Inggris oleh Caroline Higgitt (Edinburgh: University Press, 2007).


Baca selanjutnya: https://ganaislamika.com/sejarah-singkat-kaligrafi-islam/


Read more...

Kaligrafi: Cina & Islam, Begitu Rapat. siri 1

Kaligrafi: Cina & Islam, Begitu Rapat. siri 1

BEGITU indahnya kaligrafi Islam yang terdapat di negara China. Lihat contoh-contoh berikut..

The Chinese and Arabic calligraphic traditions have often been compared as the two of the world’s finest manifestations of the written word, but never likened; indeed, they are at once opposites and complements. When combined the result is an artistic piece that is a work of incredibly unique beauty, and a testimony to man’s synthesizing genius.

Master Calligrapher: Islamic Chinese Arabic Calligraphy

bismillah

Sejak zaman Dinasti Ming Cina (1368-1644), Muslim keturunan Arab dan Persia yang dulunya bermigrasi ke Cina sejak zaman Dinasti Tang (pertengahan abad ke-7), perlahan-lahan melakukan asimilasi terhadap budaya Cina. Bukan sahaja mereka berkahwin dengan penduduk tempatan bahkan mengganti nama mereka dengan nama Cina.

‘Ma’ adalah ‘Muhammad’ dalam versi Cina. Seperti ‘Ma Ho’, yang merupakan nama kecil dari Laksamana Cheng Ho, seorang admiral legenda Muslim dari Cina yang berperanan penting terhadap penyebaran Islam di Indonesia, Malaysia, Brunai dan lain-lain.

Kebudayaan Islam ikut terserap ke dalam budaya Cina termasuk seni kaligrafi ini. ‘Xiaojing’ adalah cara yang digunakan untuk menulis bahasa Cina menggunakan huruf Arab. Gambar menunjukkan inovasi baru dari seorang seniman Muslim Cina bernama Haji Noor Deen (Mi Guang Jiang), yang merupakan fusi antara kaligrafi Arab dan Cina.

Karya-karyanya lebih kepada menulis kaligrafi Arab dengan mengadopsi keindahan seni kaligrafi Cina. Keahliannya megundang beliau memberikan kuliah dan workshop di universiti-universiti ternama dunia seperti Harvard dan MIT. Hasilnya tidak mengecewakan…Ternyata, banyak juga kaligrafi Cina yang menarik dan unik.

assalamualaikum

Islam-Chinese Calligraphy dinamakan sebagai sini khat “Sini”, menggabungkan elemen Arab dan tulisan Cina, menggunakan kuas bulu kuda yang biasa digunakan oleh orang Cina. Lihat gambar pertama, itu adalah lafaz بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ dalam khat Sini. Lihat kaligrafi-kaligrafi yang terpilih dalam blog ini….

'Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang' dalam 5 Kaligrafi terkenal: Nasakh, Suluth, Muhaqqaq, Nastaliq, Riqa/Ruqah. (..bersambung/IH)


Read more...

Asal Mula Adanya Kaligrafi Islam

 HISTORY

Asal Mula Adanya Kaligrafi Islam

Kaligrafi adalah tulisan seni yang dihormati dari berbagai macam seni rupa Islam, kaligrafi merupakan alat untuk pelestarian Al-qur’an. Ungkapan kaligrafi diambil dari kata Latin ”kalios” yang berarti indah dan, ”graph” yang berarti tulisan atau aksara. Arti seutuhnya kata kaligrafi adalah : kepandaian menulis indah, atau tulisan yang indah. Bahasa Arab sendiri menyebut khat yang berarti garis atau tulisan indah.

Ungkapan kaligrafi (Calligraphy), secara etimolgis berasal dari bahasa Yunani yaitu Kalios yang berarti indah dan graphia yang berarti coretan atau tulisan, dan disebutlah dengan tulisan indah. Kaligrafi ditemukan pertama kali di Mesir. Kemudian kaligrafi tersebar ke Asia, Eropa, dan telah mengalami perubahan. Akar kaligrafi Arab (kaligrafi Islam) adalah tulisan hieroglif Mesir (Kanaan, Semit) lalu, terpecah menjadi khat Feniqi (Fenisia) yang terpecah lagi menjadi Arami (Aram) dan Musnad (kitab yang memuat segala macam hadits).

Sejarah Kaligrafi

Beragam pendapat dikemukakan, tentang siapa yang mula- mula menciptakan kaligrafi. Untuk mengetahuinya cerita-cerita keagamaan adalah yang paling dapat dijadikan pegangan. Para pekabar dari Arab atau Muarrikh mencatat, bahwa Nabi Adam As lah yang pertama kali mengenal kaligrafi. Pengetahuan tersebut datang dari Allah SWT sendiri melalui wahyu. “Allah mengajari Adam pengetahuan tentang semua nama”, seperti yang diterangkan dalam al Qur’an (Surat Al Baqarah, ayat 31). Dikatakan, bahwa 300 tahun sebelum wafatnya, Adam menulis di atas lempengan tanah yang selanjutnya dibakar menjadi tembikar. Setelah bumi dilanda banjir di zaman Nabi Nuh As dan air sudah surut, setiap bangsa atau kelompok turunan mendapatkan tembikar bertulisan tersebut.

Dalam sejarah peradaban Islam, seni tulis huruf Arab yang isinya berupa potongan ayat Alqur’an atau Hadits Nabi SAW ini mempunyai tempat yang sangat istimewa. Setiap muslim percaya bahwa Bahasa Arab adalah bahasa yang digunakan oleh Allah Swt ketika menurunkan Al-qur’an kepada Nabi Muhammad SAW. Bahasa ini juga digunakan dalam seluruh tata peribadatan oleh kaum muslimin di seluruh dunia. Karena di dalam ajaran Islam lukisan berupa mahluk hidup adalah termasuk sesuatu yang dilarang, maka kaum muslimin mengeskpresikan gairah seninya antara lain lewat seni kaligrafi ini. Karya-karya kaligrafi ini banyak menjadi hiasan di banyak bidang, mulai dari bangunan, koin, seni dekoratif, permata, tekstil, senjata sampai manuskrip.

Kebangkitan baca tulis kaum muslimin dimulai sejak tahun 2 Hijriyah ketika Rasulullah mewajibkan kepada tawanan perang yang tidak mampu membayar tebusan untuk mengajari baca tulis kepada orang muslimin. Pada masa itu kaligrafi masih menggunakan Khat Kufi ( khat yang berbentuk siku) yang merupakan kaligrafi paling tua. Kufi saat itu masih belum mepunyai tanda baca sampai pada zaman Khalifah Ali bin Abi Thalib tulisan tersebut mempunyai tanda baca dengan sempurna.

Pada masa kekhalifahan Bani Umayyah mulai timbul ketidakpuasan terhadap khat kufi yang dianggap terlalu kaku dan sulit digoreskan, sehingga dimulailah perumusan tulisan yang lebih lembut dan mudah digoreskan. Meskipun sebenarnya Bahasa Arab telah berkembang jauh sebelum Islam lahir, tetapi bahasa ini menyebar dengan cepat sejalan dengan perkembangan agama Islam. Khalifah Abdul Malik (685-705 M) dari Bani Umayyah membuat sebuah keputusan politik yang sangat penting dalam bidang ini yaitu dengan menetapkan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi seluruh wilayah Islam, meskipun pada awalnya Bahasa Arab bukan bahasa yang dipakai di wilayah-wilayah tersebut.Perumusan tersebut menghasilkan beberapa jenis tulisan yaitu, Khat Tumar, Jalil, Nisf, Tsulus dan Tsulusain. Tokoh kaligrafi saat itu yangterkenal adalah Qutbah al-Muharrir.

Pada awalnya, kaligrafi Islam banyak ditulis di atas kulit atau daun lontar. Penemuan kertas di Cina pada pertengahan abad 9 M berperan cukup besar dalam perkembangan seni ini, kertas harganya relatif lebih murah, cukup melimpah, mudah dipotong dan dari sisi teknik pewarnaan lebih mudah daripada bahan-bahan yang dipakai sebelumnya.
Ibnu Muqla (886-940 M) adalah salah seorang kaligrafer terbaik pada masa awal perkembangan seni kaligrafi Islam. Dia mengembangkan prinsip-prinsip geometris dalam kaligrafi Islam yang kemudian banyak digunakan oleh para kaligrafer yang datang sesudahnya, dia juga berperan mengembangkan tulisan kursif yang di kemudian hari dikenal sebagai gaya Naskh yang banyak dipakia untuk menulis mushaf Alqur’an.

Pengembangan kaligrafi terus dikembangkan sampai pada zaman Bani Abbasiyah sehingga muncul kaligrafi yang merupakan gaya baru ataupun modifikasi gaya lama seperti, Khat khafif Tsulus, Khafif Tsulusain, Riyasi dan al-Aqlam as-Sittah (Tsulus, Naskhi, Muhaqqaq, Raihani, Riq’ah dan Tauqi). Adapun tokoh-tokoh kenamaan pada masa ini adalah Ibnu Muqlah, Ibnu Bauwab dan Yaqut al-Musta’tsimi.

Abad ke-13, di mana bersama Yaqut, adalah abad kehancuran dan pembangunan kembali di negeri Islam Timur. Penghancuran itu terjadi akibat serbuan Jengis Khan (1155-1227) dan pasukan Mongolnya, dan memuncak dengan ditaklukannya Bagdad oleh putranya Hulagu pada tahun 1258 dan kejatuhan terakhir kekhalifahan Abbasiyyah.
Pembangunan kembali hampir secara langsung oleh pemantapan kekuasaan Mongol, dan putera Hulagu, Abaga (1265-82), adalah penguasa pertama yang memberikan gelas Il- Khan (penguasa Suku) bagi dinasti baru tersebut.
Adalah sangat menakjubkan bahwa Islam mampu, setelah dihancurkan sedemikian rupa, bangkit kembali dan meneruskan vitalitasnya yg tak pernah berkurang. Kurang dari setengah abad setelah kehancuran Bagdad, Islam memperoleh kemenangan atas penakluknya yang kafir, sebab, tidak hanya buyut Hulagu, Ghazan (1295-1305) memeluk Islam, melainkan dia juga yang menjadikan Islam sebagai agama resmi seluruh negeri yang diperintahnya.

Kaligrafi di Indonesia

Di antara semua perwujudan seni budaya Islam di Indonesia, agaknya seni kaligrafi berada pada kedudukan yang sangat menentukan. Sebab kaligrafi merupakan bentuk seni kebudayaan Islam yang untuk pertama kali ditemukan di Indonesia. Kaligrafi menandai bahwa Islam telah masuk di Indonesia. Ini dibuktikan dari hasil penelitian tentang arkeologi kaligrafi Islam di Indonesia yang di lakukan oleh Dr. Hasan Muarif Ambary. Menurutnya setelah mengkaji secara etikgrafis, telah berkembang kaligrafi gaya Kufi (abad IX-XV M), gaya Sulus dan Nasta’lik (abad XII- XIX M) serta gaya kontemporer lain (sejak abad XIX sampai beberapa abad kemudian).

Data-datanya ditemukan pada batu nisan, makam raja-raja Islam Aceh, kompleks makam di Troloyo, Mojokerto, Keraton, Cirebon, Mataram, Ternate, Jawa, Madura, dan daerah-daerah lainnya di Indonesia. Namun dalam kesenian kaligrafi itu sendiri memiliki rumus–rumus kaligrafi yang paling banyak digunakan, mencakup bentuk-bentuk huruf tunggal, gaya sambung, kemudian mengolahnya menjadi rangkaian kata-kata atau kalimat.

BERIKUT INI BEBERAPA MODEL KALIGRAFI YANG BERKAEDAH ATAU MURNI, ANTARA LAIN SEBGAI BERIKUT.

1. Naskhi

Tulisan model ini yang turun temurun sejak kelahirannya hingga kini tetap digunakan dalam berbagai penulisan naskah-naskah ilmiyah (kitab), majalah, surat kabar dan lain-lain. Terutama dalam Al Qur’an ataupun Hadits serta kitab Tafsir, Fiqih, Nahwu-Sorof dan sebagainya. Tulisan model ini lah yang banyak tersebar luas ke seluruh permukaan bumi ini. Tulisan ini mudah dikenal dan dipahami, karena disamping bentuknya yang sederhana, luwes juga tidak banyak Variasi.

2. Tsulutsi

Tulisan tersebut lebih bersifat monumental, terutama dipakai untuk tujuan-tujuan dekorasi dalam dunia mediamasa cetak, buku-buku ilmiyah, dan sekarang banyak dipakai untuk menghiasi tembok-tembok gedung. Tsulutsi kerap digunakan untuk judul-judul, gelar-gelar dan nama-nama penerbitan. Teks buku yang keseluruhannya menggunakan tsulutsi kini sudah tidak ada lagi, karena dipandang lebih pantas untuk corak-corak hiasan.

3. Rayhany

Pada suatu sumber menyebutkan, bahwa Rayhany berasal dari Naskhi. Namun ditilik dari bentuknya juga bagian dari Tsulutsi dengan lebih banyak diberi variasi. Huruf-hurufnya mempunyai keistimewaan dengan bentuk alif pitusrat, melengkung pada bagian atas huruf.

4. Diwani

Tulisan ini digunakan pada beberapa abad yang lalu untuk tulisan dewan-dewan (perkantoran) Pemerintahan Islam. Dipergunakan dalam hal-hal yang bersifat seni, seperti judul karangan, nama-nama, brosur dan lain-lain yang menitik beratkan nilai-nilai artistiknya. Bentuknya sangat condong, bersusun-susun saling tumpang tindih , saling bersambungan dan jarang memakai harokat atau baris. Bentuk huruf diperoleh dengan memainkan pena agar menjadi huruf-huruf berekor.

5. Riq’ah

Riq’ah adalah model yang paling mudah, karena itu paling sering digunakan untuk menulis, disamping penulis dapat menulis dengan cepat juga khoth ini tanpa variasi bahkan banyak penyederhanaan. Titik dua dapat dibentuk menjadi satu garis pendek, gigi-gigi huruf sin dibentuk satu garis, huruf hak di akhir kalimah dibentuk segitiga.



Read more...