27.8.21

Sejarah Singkat Kaligrafi Islam


 



Sejarah Singkat Kaligrafi Islam

Published on 16 September, 2017  in Kaligrafi

Last updated on October 4th, 2017 01:10 pm


Kaligrafi adalah seni menuliskan teks ke dalam bentuk lukisan menggunakan pena, kuas, atau alat tulis lainnya ke media tertentu. Awalnya kaligrafi dituangkan ke media kertas papyrus, namun seiring dengan perkembangan waktu, media kaligrafi juga ditemukan di media lainnya yang lebih bervariasi seperti batu, dinding, koin, sutra, kertas kanvas, perhiasan, plat kuningan, kaca, keramik, dan lainnya. Bagi Muslim, kemampuan menulis—dalam arti luas –merupakan pembeda antara manusia dengan hewan, menulis merupakan wujud dari kecerdasan tertinggi manusia. Bapak hukum internasional Islam, Ibrahim ash-Shaybani, mengatakan tulisan adalah “bahasa tangan, idiom pikiran, ambassador akal, otoritas tertinggi pemikiran, senjata pengetahuan, dan sahabat terbaik bagi keimanan diantara jurang waktu.”[1]


Abad ke-16 adalah permulaan dari seni kaligrafi Islam menjadi bentuk risalah, di mana gaya-gaya dalam kaligrafi sudah menemukan formulasi bakunya. Al-Quran dan puisi-puisi Islam dituangkan secara massif dituangkan ke dalam bentuk kaligrafi dengan kekhasan gaya kaligrafi dari berbagai aliran. Semenjak itu seni kaligrafi telah memainkan peran penting bagi perkembangan kebudayaan Islam. Seni kaligrafi Islam boleh dibilang memiliki lingkup tidak terbatas, variasi serta aplikasi pemakaiannya bisa dituangkan ke media seni tulis apapun. Maka tidak mengherankan, bukan hanya dunia Islam saja yang menggunakan kaligrafi dengan teks Arab, dunia barat pun terpengaruh oleh kaligrafi Islam.[2]



Teknik menulis kaligrafi bukanlah sesuatu yang asal-asalan, ada alasan tertentu dibalik setiap teknik, ada geometri yang akurat, ada kaidah-kaidah ketat di dalamnya, ada kesepakatan tidak tertulis diantara para seniman kaligrafi: seindah, sevariatif, serumit apapun kaligrafi, jangan sampai mengubah makna dan teks asli Alquran. Bahkan di awal perkembangan pencatatan Alquran ke dalam media tulis, kaligrafi difungsikan sebagai alat bantu untuk membaca Al-quran agar tidak salah ucap yang bisa mengakibatkan perubahan makna. Diantara sumbangan kaligrafi untuk pencatatan Alquran adalah munculnya tanda baca dan pewarnaan tertentu supaya orang tidak salah dalam membaca Alquran. Kaligrafi untuk tujuan pencatatan Al-Quran pertama kali dibuat di masa kepemimpinan Abdul Malik bin Marwan (685-705).[3]




Al-Quran di masa dinasti Umayyah, sebelum tahun 725[4] (Museum of


Turkish and Islamic Arts, Istanbul}


Pada abad ke-7, yaitu pada masa awal pencatatan Al-quran, muncul istilah “Kufic”, yaitu gaya kaligrafi pertama yang digunakan untuk mencatat Al-quran, gaya tersebut dikembangkan di kota Kufa, salah satu kota di Iraq. Oleh karena itulah disebut Kufic, diambil dari kata “Kufa”. Namun sebenarnya dari manakah asal usul munculnya Alphabet Arab? Alphabet Arab yang digunakan di dalam Al-Quran sulit dilacak dari mana asal usulnya, namun legenda mengatakan bahwa penemu Alphabet Arab adalah Nabi Idris, konon Alphabet ini tidak memiliki garis melengkung sebagaimana Alphabet Arab yang kita ketahui hari ini. Namun terlepas dari hal tersebut, seniman Kufic pada masa itu mengatakan bahwa seniman kaligrafi Islam yang pertama adalah Ali Bin Abi Thalib, beliau adalah penemu pertama gaya kufic. Beliau adalah master kaligrafi yang pertama. Bahkan seniman kufic ternama, Sultan Ali Mashhadi, salah satu master gaya Nasta’liq Persia mengatakan “kemasyuran karyaku adalah haknya Ali“. Pernyataan bahwa Ali Bin Abi Thalib adalah kaligrafer Islam yang pertama dapat dilacak dari karya Ali yang khas, yakni cara penulisan Alphabet Arab dengan 1/6 garis melengkung dan  5/6 garis lurus , atau dengan definisi lain “lengkungan kecil di awal huruf“, sebagaimana dapat dilihat dari huruf alif karya Ali bin Abi Thalib[5] di bawah ini:



KEPALA ALIF BERCABANG KARYA ALI BIN ABI THALIB

Gaya menulis kaligrafi memiliki koneksi yang kuat dengan politik dan kebudayaan pada saat gaya tersebut diciptakan. Walaupun demikian, belum tentu seniman penciptanya mendukung penguasa pada saat itu, namun  gaya kaligrafi minimal dapat digunakan sebagai alat identifikasi perjalanan sejarah Islam, misalnya saja gaya Mushaf Al-Hadina diciptakan pada saat dinasti Zirid berkuasa.  Di tempat lain, ada Al-Quran mushaf Ibnu Al Bawwab (wafat 1022) yang hidup di masa dinasti Buyid. Di masa selanjutnya ada nama  Mir Ali Tabrizi (wafat 1420), dan Mir Ali Harafi (1506-1544), yang termasyur dengan gaya Nasta’lic, atau juga dikenal dengan gaya Persia, mereka di masa dinasti Shaybanid. Gaya-gaya tersebut bermigrasi ke daerah lain, dan mempengaruhi atau saling mempengaruhi di daerah baru, kemudian seiring berjalannya waktu muncul penguasa baru, dan ada gaya baru kaligrafi pula yang melekat dengan penguasa tersebut. [6]




Mushaf Al-Hadina (Purchase, James and Diane Burke Gift, in honor of Dr. Marilyn


Jenkins-Madina, 2007)[7]


 



AL-QURAN KARYA IBNU AL BAWWAB


NASTA’LIQ KARYA MIR ALI TABRIZI


NASTA’LIQ KARYA MIR ALI HARAFI

 


Masuknya Kaligrafi Arab ke Eropa


Kaligrafi Arab mulai dikenal di Eropa pada abad pertengahan, pada masa tersebut kaligrafi Arab seringkali digunakan untuk kepentingan dekoratif. Sebagai contoh, Roger II (1095-1154), Raja Sicily, Italia, memiliki mantel yang diduga dibuat oleh pengrajin asal Arab. Bagian bawah dari mantel tersebut menggunakan kufic, yang terjemahannya: “ini (mantel) adalah milik kerajaan yang dilindungi oleh hukum, yang diberkati oleh keberuntungan dan kehormatan, dibuat dengan kesempurnaan, dengan kuasa dan kepantasan, dengan sanksinya dan kesejahteraannya, dengan kemurahan hati dan keagungan….”[8]



MANTEL ROGER II, RAJA SICILY, TERBUAT DARI SUTRA DAN PERMATA, SEPANJANG BAGIAN BAWAHNYA DIHIASI OLEH KUFIC. (COPYRIGHT KAISERLICHE SCHATZKAMMER, VIENNA, ACC. NO. WS XIII 14)

 


Pada masa selanjutnya, huruf Arab masuk ke Jerman, diperkenalkan oleh bangsawan Jerman yang bernama Bernhard von Breydenbach pada akhir abad ke-15.  Breydenbach diketahui telah melakukan perjalanan ke Jerusalem, Gunung Sinai, dan Palestina dalam rangka mencari kedamaian untuk jiwanya, yang mana dia merasa telah menyia-nyiakan masa mudanya. Sekembalinya dari perjalanan, Breydenbach membawa dokumen-dokumen dalam bentuk potongan kayu. Dari salah satu dokumen tersebut ditemukan lukisan dan aksara Arab, yang mana di kemudian hari dikenal dengan istilah Saracen.[9]



SARACEN DENGAN ALPHABET ARAB YANG DIBAWA OLEH BERNHARD VON BREYDENBACH KE JERMAN PADA AKHIR ABAD KE-15.

 


Di kemudian hari, aksara Arab dikenal lebih luas lagi diperkenalkan oleh Arabist berkebangsaan Austria bernama Adolf Grohmann (1825-1895). Selain itu penyair besar asal Jerman, Johann Wolfgang von Goethe (1770–1771) juga diketahui dalam karyanya West–östlicher Divan (1819) terpengaruh oleh syair-syair Arab.[10] Di masa kini, hasil penelitian Adolf Grohmann dikembangkan lagi oleh Dominique Sourdel dan Janine Sourdel-Thomine, mereka menulis buku yang berjudul A Glossary of Islam (2002).[11] (PH)



SALAH SATU HALAMAN WEST–ÖSTLICHER DIVAN KARAYA GOETHE, TERDAPAT AKSARA ARAB DI DALAMNYA. (WIKIMEDIA: FOTO H.-P.HAACK)

 


[1] Annemarie Schimmel, Calligraphy and Islamic Culture, (London: I.B Tauris & Co Ltd, 1990), hlm. 1


[2] Ibid., hlm 1


[3] Ibid., hlm 4


[4] Robert F. Worth, “Crafting the Koran”, diakses dari: http://www.nybooks.com/daily/2017/02/09/crafting-the-koran/, pada tanggal 16 September 2017.


[5] Annemarie Schimmel, loc. Cit.,hlm 3


[6] Ibid., hlm 6


[7] “Bifolium from the “Nurse’s Qur’an” (Mushaf al-Hadina)”, diakses dari: http://www.metmuseum.org/art/collection/search/456074, pada tanggal 16 September 2017


[8] “Mantle of Roger II of Sicily”, diakses dari: https://www.trc-leiden.nl/trc-needles/individual-textiles-and-textile-types/secular-ceremonies-and-rituals/mantle-of-roger-ii-of-sicily, Textile Research Center-Leiden, pada tanggal 10 September 2017.


[9] Bernhard von Breydenbach, Peregrinatio in Terram Sanctam, (Lyon: 1489-90), diakses dari: https://www.nls.uk/collections/rare-books/collections/breydenbach, pada tanggal 10 September 2017.


[10] Annemarie Schimmel, loc. Cit.,hlm 2


[11] Dominique Sourdel dan Janine Sourdel-Thomine, A Glossary of Islam, terjemahan ke bahasa Inggris oleh Caroline Higgitt (Edinburgh: University Press, 2007).


Baca selanjutnya: https://ganaislamika.com/sejarah-singkat-kaligrafi-islam/


Read more...

Kaligrafi: Cina & Islam, Begitu Rapat. siri 1

Kaligrafi: Cina & Islam, Begitu Rapat. siri 1

BEGITU indahnya kaligrafi Islam yang terdapat di negara China. Lihat contoh-contoh berikut..

The Chinese and Arabic calligraphic traditions have often been compared as the two of the world’s finest manifestations of the written word, but never likened; indeed, they are at once opposites and complements. When combined the result is an artistic piece that is a work of incredibly unique beauty, and a testimony to man’s synthesizing genius.

Master Calligrapher: Islamic Chinese Arabic Calligraphy

bismillah

Sejak zaman Dinasti Ming Cina (1368-1644), Muslim keturunan Arab dan Persia yang dulunya bermigrasi ke Cina sejak zaman Dinasti Tang (pertengahan abad ke-7), perlahan-lahan melakukan asimilasi terhadap budaya Cina. Bukan sahaja mereka berkahwin dengan penduduk tempatan bahkan mengganti nama mereka dengan nama Cina.

‘Ma’ adalah ‘Muhammad’ dalam versi Cina. Seperti ‘Ma Ho’, yang merupakan nama kecil dari Laksamana Cheng Ho, seorang admiral legenda Muslim dari Cina yang berperanan penting terhadap penyebaran Islam di Indonesia, Malaysia, Brunai dan lain-lain.

Kebudayaan Islam ikut terserap ke dalam budaya Cina termasuk seni kaligrafi ini. ‘Xiaojing’ adalah cara yang digunakan untuk menulis bahasa Cina menggunakan huruf Arab. Gambar menunjukkan inovasi baru dari seorang seniman Muslim Cina bernama Haji Noor Deen (Mi Guang Jiang), yang merupakan fusi antara kaligrafi Arab dan Cina.

Karya-karyanya lebih kepada menulis kaligrafi Arab dengan mengadopsi keindahan seni kaligrafi Cina. Keahliannya megundang beliau memberikan kuliah dan workshop di universiti-universiti ternama dunia seperti Harvard dan MIT. Hasilnya tidak mengecewakan…Ternyata, banyak juga kaligrafi Cina yang menarik dan unik.

assalamualaikum

Islam-Chinese Calligraphy dinamakan sebagai sini khat “Sini”, menggabungkan elemen Arab dan tulisan Cina, menggunakan kuas bulu kuda yang biasa digunakan oleh orang Cina. Lihat gambar pertama, itu adalah lafaz بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ dalam khat Sini. Lihat kaligrafi-kaligrafi yang terpilih dalam blog ini….

'Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang' dalam 5 Kaligrafi terkenal: Nasakh, Suluth, Muhaqqaq, Nastaliq, Riqa/Ruqah. (..bersambung/IH)


Read more...

Asal Mula Adanya Kaligrafi Islam

 HISTORY

Asal Mula Adanya Kaligrafi Islam

Kaligrafi adalah tulisan seni yang dihormati dari berbagai macam seni rupa Islam, kaligrafi merupakan alat untuk pelestarian Al-qur’an. Ungkapan kaligrafi diambil dari kata Latin ”kalios” yang berarti indah dan, ”graph” yang berarti tulisan atau aksara. Arti seutuhnya kata kaligrafi adalah : kepandaian menulis indah, atau tulisan yang indah. Bahasa Arab sendiri menyebut khat yang berarti garis atau tulisan indah.

Ungkapan kaligrafi (Calligraphy), secara etimolgis berasal dari bahasa Yunani yaitu Kalios yang berarti indah dan graphia yang berarti coretan atau tulisan, dan disebutlah dengan tulisan indah. Kaligrafi ditemukan pertama kali di Mesir. Kemudian kaligrafi tersebar ke Asia, Eropa, dan telah mengalami perubahan. Akar kaligrafi Arab (kaligrafi Islam) adalah tulisan hieroglif Mesir (Kanaan, Semit) lalu, terpecah menjadi khat Feniqi (Fenisia) yang terpecah lagi menjadi Arami (Aram) dan Musnad (kitab yang memuat segala macam hadits).

Sejarah Kaligrafi

Beragam pendapat dikemukakan, tentang siapa yang mula- mula menciptakan kaligrafi. Untuk mengetahuinya cerita-cerita keagamaan adalah yang paling dapat dijadikan pegangan. Para pekabar dari Arab atau Muarrikh mencatat, bahwa Nabi Adam As lah yang pertama kali mengenal kaligrafi. Pengetahuan tersebut datang dari Allah SWT sendiri melalui wahyu. “Allah mengajari Adam pengetahuan tentang semua nama”, seperti yang diterangkan dalam al Qur’an (Surat Al Baqarah, ayat 31). Dikatakan, bahwa 300 tahun sebelum wafatnya, Adam menulis di atas lempengan tanah yang selanjutnya dibakar menjadi tembikar. Setelah bumi dilanda banjir di zaman Nabi Nuh As dan air sudah surut, setiap bangsa atau kelompok turunan mendapatkan tembikar bertulisan tersebut.

Dalam sejarah peradaban Islam, seni tulis huruf Arab yang isinya berupa potongan ayat Alqur’an atau Hadits Nabi SAW ini mempunyai tempat yang sangat istimewa. Setiap muslim percaya bahwa Bahasa Arab adalah bahasa yang digunakan oleh Allah Swt ketika menurunkan Al-qur’an kepada Nabi Muhammad SAW. Bahasa ini juga digunakan dalam seluruh tata peribadatan oleh kaum muslimin di seluruh dunia. Karena di dalam ajaran Islam lukisan berupa mahluk hidup adalah termasuk sesuatu yang dilarang, maka kaum muslimin mengeskpresikan gairah seninya antara lain lewat seni kaligrafi ini. Karya-karya kaligrafi ini banyak menjadi hiasan di banyak bidang, mulai dari bangunan, koin, seni dekoratif, permata, tekstil, senjata sampai manuskrip.

Kebangkitan baca tulis kaum muslimin dimulai sejak tahun 2 Hijriyah ketika Rasulullah mewajibkan kepada tawanan perang yang tidak mampu membayar tebusan untuk mengajari baca tulis kepada orang muslimin. Pada masa itu kaligrafi masih menggunakan Khat Kufi ( khat yang berbentuk siku) yang merupakan kaligrafi paling tua. Kufi saat itu masih belum mepunyai tanda baca sampai pada zaman Khalifah Ali bin Abi Thalib tulisan tersebut mempunyai tanda baca dengan sempurna.

Pada masa kekhalifahan Bani Umayyah mulai timbul ketidakpuasan terhadap khat kufi yang dianggap terlalu kaku dan sulit digoreskan, sehingga dimulailah perumusan tulisan yang lebih lembut dan mudah digoreskan. Meskipun sebenarnya Bahasa Arab telah berkembang jauh sebelum Islam lahir, tetapi bahasa ini menyebar dengan cepat sejalan dengan perkembangan agama Islam. Khalifah Abdul Malik (685-705 M) dari Bani Umayyah membuat sebuah keputusan politik yang sangat penting dalam bidang ini yaitu dengan menetapkan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi seluruh wilayah Islam, meskipun pada awalnya Bahasa Arab bukan bahasa yang dipakai di wilayah-wilayah tersebut.Perumusan tersebut menghasilkan beberapa jenis tulisan yaitu, Khat Tumar, Jalil, Nisf, Tsulus dan Tsulusain. Tokoh kaligrafi saat itu yangterkenal adalah Qutbah al-Muharrir.

Pada awalnya, kaligrafi Islam banyak ditulis di atas kulit atau daun lontar. Penemuan kertas di Cina pada pertengahan abad 9 M berperan cukup besar dalam perkembangan seni ini, kertas harganya relatif lebih murah, cukup melimpah, mudah dipotong dan dari sisi teknik pewarnaan lebih mudah daripada bahan-bahan yang dipakai sebelumnya.
Ibnu Muqla (886-940 M) adalah salah seorang kaligrafer terbaik pada masa awal perkembangan seni kaligrafi Islam. Dia mengembangkan prinsip-prinsip geometris dalam kaligrafi Islam yang kemudian banyak digunakan oleh para kaligrafer yang datang sesudahnya, dia juga berperan mengembangkan tulisan kursif yang di kemudian hari dikenal sebagai gaya Naskh yang banyak dipakia untuk menulis mushaf Alqur’an.

Pengembangan kaligrafi terus dikembangkan sampai pada zaman Bani Abbasiyah sehingga muncul kaligrafi yang merupakan gaya baru ataupun modifikasi gaya lama seperti, Khat khafif Tsulus, Khafif Tsulusain, Riyasi dan al-Aqlam as-Sittah (Tsulus, Naskhi, Muhaqqaq, Raihani, Riq’ah dan Tauqi). Adapun tokoh-tokoh kenamaan pada masa ini adalah Ibnu Muqlah, Ibnu Bauwab dan Yaqut al-Musta’tsimi.

Abad ke-13, di mana bersama Yaqut, adalah abad kehancuran dan pembangunan kembali di negeri Islam Timur. Penghancuran itu terjadi akibat serbuan Jengis Khan (1155-1227) dan pasukan Mongolnya, dan memuncak dengan ditaklukannya Bagdad oleh putranya Hulagu pada tahun 1258 dan kejatuhan terakhir kekhalifahan Abbasiyyah.
Pembangunan kembali hampir secara langsung oleh pemantapan kekuasaan Mongol, dan putera Hulagu, Abaga (1265-82), adalah penguasa pertama yang memberikan gelas Il- Khan (penguasa Suku) bagi dinasti baru tersebut.
Adalah sangat menakjubkan bahwa Islam mampu, setelah dihancurkan sedemikian rupa, bangkit kembali dan meneruskan vitalitasnya yg tak pernah berkurang. Kurang dari setengah abad setelah kehancuran Bagdad, Islam memperoleh kemenangan atas penakluknya yang kafir, sebab, tidak hanya buyut Hulagu, Ghazan (1295-1305) memeluk Islam, melainkan dia juga yang menjadikan Islam sebagai agama resmi seluruh negeri yang diperintahnya.

Kaligrafi di Indonesia

Di antara semua perwujudan seni budaya Islam di Indonesia, agaknya seni kaligrafi berada pada kedudukan yang sangat menentukan. Sebab kaligrafi merupakan bentuk seni kebudayaan Islam yang untuk pertama kali ditemukan di Indonesia. Kaligrafi menandai bahwa Islam telah masuk di Indonesia. Ini dibuktikan dari hasil penelitian tentang arkeologi kaligrafi Islam di Indonesia yang di lakukan oleh Dr. Hasan Muarif Ambary. Menurutnya setelah mengkaji secara etikgrafis, telah berkembang kaligrafi gaya Kufi (abad IX-XV M), gaya Sulus dan Nasta’lik (abad XII- XIX M) serta gaya kontemporer lain (sejak abad XIX sampai beberapa abad kemudian).

Data-datanya ditemukan pada batu nisan, makam raja-raja Islam Aceh, kompleks makam di Troloyo, Mojokerto, Keraton, Cirebon, Mataram, Ternate, Jawa, Madura, dan daerah-daerah lainnya di Indonesia. Namun dalam kesenian kaligrafi itu sendiri memiliki rumus–rumus kaligrafi yang paling banyak digunakan, mencakup bentuk-bentuk huruf tunggal, gaya sambung, kemudian mengolahnya menjadi rangkaian kata-kata atau kalimat.

BERIKUT INI BEBERAPA MODEL KALIGRAFI YANG BERKAEDAH ATAU MURNI, ANTARA LAIN SEBGAI BERIKUT.

1. Naskhi

Tulisan model ini yang turun temurun sejak kelahirannya hingga kini tetap digunakan dalam berbagai penulisan naskah-naskah ilmiyah (kitab), majalah, surat kabar dan lain-lain. Terutama dalam Al Qur’an ataupun Hadits serta kitab Tafsir, Fiqih, Nahwu-Sorof dan sebagainya. Tulisan model ini lah yang banyak tersebar luas ke seluruh permukaan bumi ini. Tulisan ini mudah dikenal dan dipahami, karena disamping bentuknya yang sederhana, luwes juga tidak banyak Variasi.

2. Tsulutsi

Tulisan tersebut lebih bersifat monumental, terutama dipakai untuk tujuan-tujuan dekorasi dalam dunia mediamasa cetak, buku-buku ilmiyah, dan sekarang banyak dipakai untuk menghiasi tembok-tembok gedung. Tsulutsi kerap digunakan untuk judul-judul, gelar-gelar dan nama-nama penerbitan. Teks buku yang keseluruhannya menggunakan tsulutsi kini sudah tidak ada lagi, karena dipandang lebih pantas untuk corak-corak hiasan.

3. Rayhany

Pada suatu sumber menyebutkan, bahwa Rayhany berasal dari Naskhi. Namun ditilik dari bentuknya juga bagian dari Tsulutsi dengan lebih banyak diberi variasi. Huruf-hurufnya mempunyai keistimewaan dengan bentuk alif pitusrat, melengkung pada bagian atas huruf.

4. Diwani

Tulisan ini digunakan pada beberapa abad yang lalu untuk tulisan dewan-dewan (perkantoran) Pemerintahan Islam. Dipergunakan dalam hal-hal yang bersifat seni, seperti judul karangan, nama-nama, brosur dan lain-lain yang menitik beratkan nilai-nilai artistiknya. Bentuknya sangat condong, bersusun-susun saling tumpang tindih , saling bersambungan dan jarang memakai harokat atau baris. Bentuk huruf diperoleh dengan memainkan pena agar menjadi huruf-huruf berekor.

5. Riq’ah

Riq’ah adalah model yang paling mudah, karena itu paling sering digunakan untuk menulis, disamping penulis dapat menulis dengan cepat juga khoth ini tanpa variasi bahkan banyak penyederhanaan. Titik dua dapat dibentuk menjadi satu garis pendek, gigi-gigi huruf sin dibentuk satu garis, huruf hak di akhir kalimah dibentuk segitiga.



Read more...

Martabatkan seni kaligrafi islam

 

Martabatkan seni kaligrafi islam

Oleh Yusrin Junaidi
Gambar oleh Muiz Matdani

BANDAR SERI BEGAWAN, 5 MAC – Yayasan Sultan Haji Hassanal Bolkiah (Yayasan), hari ini telah merasmikan Galeri Pusat Pengajian Kesenian dan Kaligrafi Islam Yayasan dan Pelancaran Buku Pelan Strategik Yayasan 2020-2025.

Duli Yang Teramat Mulia Paduka Seri Pengiran Muda ‘Abdul Malik, Pengerusi Jemaah Tadbir Yayasan, telah berkenan berangkat menyempurnakan perasmian di Pusat Pengajian Kesenian dan Kaligrafi Islam Yayasan, Rumah Semaun, Jalan Jerambak, Bandar Seri Begawan. Majlis dimulakan dengan bacaan Doa Selamat oleh Yang Dimuliakan Pehin Orang Kaya Paduka Setia Raja Dato Paduka Seri Setia Haji Awang Suhaili bin Haji Mohiddin.

Majlis kemudiannya diikuti dengan sembah alu-aluan oleh Menteri Pertahanan Kedua, Yang Berhormat Pehin Datu Lailaraja Mejar Jeneral (B) Dato Paduka Seri Haji Awang Halbi bin Haji Mohd Yussof, selaku pengerusi Lembaga Pengarah Yayasan yang antara lain berkata, salah satu inisiatif yang dilaksanakan pada dekad ketiga penubuhan Yayasan ialah dengan penubuhan Pusat Pengajian Kesenian dan Kaligrafi Islam Yayasan.

Jelasnya, pusat berkenaan merupakan sebuah institusi pengajian kesenian dan kaligrafi Islam yang antara lain bermatlamat untuk menjadi sebuah institusi yang boleh memberikan kemudahan perkhidmatan dalam mengembangkan pelbagai pengetahuan, kecekapan dan kemahiran seni Islam di samping usaha dalam memartabatkan tulisan jawi khususnya kaligrafi Islam.

Pusat berkenaan dihasratkan dapat melahirkan tenaga pakar daripada kalangan rakyat Negara Brunei Darussalam yang dapat menguasai dan mengembangkan ilmu seni Islam di negara ini iaitu selaras dengan Wawasan Brunei 2035 untuk mempunyai rakyat yang berpendidikan, berkemahiran tinggi dan berjaya.

DYTM Paduka Seri Pengiran Muda ‘Abdul Malik berkenan dijunjung menyempurnakan pelancaran Galeri Pusat Pengajian Kesenian dan Kaligrafi Islam Yayasan Sultan Haji Hassanal Bolkiah.
DYTM Paduka Seri Pengiran Muda ‘Abdul Malik berkenan berangkat bagi menyaksikan salah petak perniagaan.
DYTM Paduka Seri Pengiran Muda ‘Abdul Malik berkenan dijunjung bergambar ramai bersama ahli jemaah tadbir dan ahli-ahli Lembaga Pengarah Yayasan.
DYTM Paduka Seri Pengiran Muda ‘Abdul Malik berkenan dijunjung berangkat bagi menyaksikan Galeri Pusat Pengajian Kesenian dan Kaligrafi Islam Yayasan Sultan Haji Hassanal Bolkiah.
DYTM Paduka Seri Pengiran Muda ‘Abdul Malik berkenan berangkat bagi menyaksikan Kedai Cenderahati Semaun.
DYTM Paduka Seri Pengiran Muda ‘Abdul Malik berkenan berangkat menyaksikan ‘live demo’ di Dewan Al-Ma’rifah.

Pusat pengajian tersebut telah mula beroperasi pada 22 Julai 2013 di mana langkah awal dalam pelaksanaan penubuhannya ialah melengkapi pusat pengajian dengan tenaga manusia yang berkemahiran dalam bidang seni Islam.

Sehubungan itu, Yayasan telah membiayai seramai 11 orang pelajar bagi mengikuti kursus atau program Diploma Seni Mushaf selama lebih kurang dua tahun setengah sepenuh masa di Kolej Restu Shah Alam, Selangor Malaysia dan tujuh orang daripadanya telah diambil untuk berkhidmat di pusat pengajian tersebut.

“Alhamdulillah, pusat pengajian ini telah berjaya melaksanakan beberapa buah program pengajian setakat yang terdaya pada masa ini iaitu dengan mengadakan kursus jangka pendek dalam penulisan khat peringkat asas dan lanjutan dan juga reka bentuk seni Islam yang dibukakan kepada orang ramai sejak tahun 2017,” jelasnya.

Majlis diteruskan dengan tayangan video mengenai Pusat Pengajian Kesenian dan Kaligrafi Islam Yayasan dan Buku Pelan Strategik Yayasan 2020-2025.

Pelan strategik berkenaan diasaskan kepada dasar penubuhan Yayasan seperti yang termaktub dalam Akta Penubuhan Yayasan Penggal 166. DYTM Paduka Seri Pengiran Muda ‘Abdul Malik seterusnya berkenan melancarkan Buku Pelan Strategik Yayasan 2020-2025.

Duli Yang Teramat Mulia seterusnya dijunjung berangkat ke bangunan Pusat Pengajian Kesenian dan Kaligrafi Islam Yayasan bagi menyempurnakan perasmian Galeri Pusat Pengajian Kesenian dan Kaligrafi Islam Yayasan dan menyaksikan karya-karya seni kaligrafi di ruang galeri berkenaan iaitu Galeri Lauhah Al-Islamiah, Galeri Al-Aswad dan Galeri At-Tasmeem.

Galeri berkenaan menampilkan sebanyak 54 karya tempatan, sebanyak 17 karya dari Turki, satu karya dari Malaysia dan akan datang dari Indonesia dan China.

Duli Yang Teramat Mulia seterusnya dijunjung menyaksikan beberapa aktiviti dan kemudahan-kemudahan yang terdapat di Pusat Pengajian Kesenian dan Kaligrafi Islam Yayasan seperti Dewan Al-Ma’rifah, Bilik Kuliah, Kedai Cenderahati Semaun, Kafe Semaun, bilik Muzakarah dan Musolla.

Duli Yang Teramat Mulia juga berkenan menerima dua buah pesambah iaitu Zukhruf (hiasan) Al-Quran yang dilakar dalam reka bentuk bunga kemboja yang mempunyai enam kelopak sebagai melambangkan Rukun Iman. Karya tersebut dihasilkan oleh Awang Muhammad Asyraaf bin Haji Rambli, salah seorang tenaga kerja di pusat pengajian tersebut.

Pesambah kedua ialah gambar potret DYTM Paduka Seri Pengiran Muda ‘Abdul Malik yang dihasilkan menggunakan Seni Pertalian. Karya yang menggunakan benang khusus ini sangat unik dan memerlukan kreativiti yang sangat teliti bagi menghasilkan bentuk dan imej yang sempurna.

Selain ruang Galeri, beberapa kemudahan juga disediakan di pusat pengajian itu seperti bilik kuliah, dewan serba guna, kedai cenderahati, kafe, bilik muzakarah dan dewan sembahyang (musolla). Sebelum berangkat balik, Duli Yang Teramat Mulia berkenan bergambar ramai bersama ahli-ahli jemaah tadbir dan ahli-ahli Lembaga Pengarah Yayasan.

 


Read more...

Seni Kaligrafi Islam ( Seni Khat)

 

Seni Kaligrafi Islam ( Seni Khat)


Okay, hari ini saya terpanggil untuk menyampaikan info berkenaan seni yang semakin dilupakan sejak akhir-akhir ini iaitu seni khat. Bila saja sebut khat, pasti terbayang di mata kita suatu tulisan yang cukup indah yang biasanya ditulis di dalam Bahasa Arab. Ia merupakan sebuah warisan kebudayaan Islam yang berasaskan Al-Quran dan Al-Hadis.

Minat terhadap kesenian sememangnya fitrah semulajadi setiap insan. Allah S.W.T dan RasulNya tidak pernah melarang keterlibatan manusia di dalam seni selagi ia tidak bertentangan dengan syariat Islam. Justeru itu seni khat adalah lambang kesenian Islam yang tulen dan perlu dipelihara sepanjang masa untuk mengekalkan keasliannya. Khat yang sempurna dan cantik akan menambahkan seni serta menarik minat orang ramai terhadapnya.

Apa itu khat? Definisi khat sebagimana yang telah dikemukakan oleh Syeikh Shamsuddin Al-Akfani ialah suatu ilmu yang memperkatakan tentang bentuk-bentuk huruf tunggal, tempat letaknya dan cara-cara merangkaikannya menjadi suatu tulisan yang tersusun. Atau apa-apa yang ditulis di atas garis-garis, bagaimana cara menulisnya dan menentukan mana yang tidak perlu ditulis, mengubah ejaan yang perlu digubah dan menentukan cara bagaimana untuk mengubahnya. 

Khat merupakan perkataan Arab yang bermaksud garisan. Oleh itu ia juga boleh dimaksudkan sebagai garisan indah yang membentuk tulisan. Khat juga bermaksud tulisan-tulisan yang terikat dengan peraturan dan kaedah yang telah dikaji dan ditentukan oleh mereka yang terlibat dengan kemajuan seni. Tulisan-tulisan Arab ini pula mempunyai nilai dan dan kaedah tertentu yang mempunyai nilai estetika yang tinggi. seorang ahli seni terkenal di Peranchis bernama Picasso pernah mengatakan, " Selepas aku melihat seni yang terdapat pada khat Arab, aku mengakui bahawa dunia seni lukis masih terkebelakang dengan kesenian itu. " Seni khat bukan sekadar bertindak sebagai wacana untuk menyampaikan sesuatu maklumat tetapi ianya juga mengandungi nilai abstrak yang dapat disimpulkan dengan kehalusan, kelembutan, kesinambungan dan perhubungan , pergerakan dan sebagainya.

Dengan kata lain, khat atau ' calligrapy ' adalah bermaksud tulisan yang dikenali dengan tulisan jawi. Tulisan yang ditulis dari kanan ke kiri dengan menggunakan alat tulis seperti pensil, buluh dan sebagainya. Tulisan ini mengandungi tanda-tanda harakah di atas dan di bawahnya. Gerak baris dan susunan-susunan bahagian yang tegak, berbaring serta melengkung melahirkan irama seni tampak, Bentuk-bentuk ini pula diwarnai dengan menarik tanpa merosakkan bentuk huruf yang ada.

Gambar di atas menunjukkan pen yang digunakan untuk menulis khat dengan saiz yang berbeza-beza

Ini pula adalah pen khat dari buluh, juga mempunyai berbagai saiz mata penanya

Sekarang kita lihat jenis-jenis khat yang popular:




KHAT NASAKH

Ada pendapat yang mengatakan orang yang memulakan kaedah dan membentuknya dari khat Jali dan khat Tumar seterusnya dinamakan dengan khat Badi' yang akhirnya digelar khat Nasakh ialah Wazir bin Muqlah. Khat ini juga dikenali dengan nama khat Al-Quran kerana ia digunakan untuk menulis Al-Quran sejak kurun ke 10M lagi.







KHAT RIQ'AH

Khat Riq'ah adalah tulisan dengan huruf-huruf yang pendek dan dipercayai berasal dari tulisan Nasakh dan Thuluth. Khat ini merupakan sejenis khat yang paling mudah dipelajari dan digunakan secara meluas di negara Islam. Di namakan Riq'ah kerana huruf-hurufnya tunduk kepada rupa sifat geometri secara mudah. Bentuknya lurus melengkung dan bulat sesuai dengan pergerakan tangan meskipun dalam keadaan pergerakan secara pantas.







KHAT KUFI

Jenis tulisan Arab yang tertua sekali yang dipercayai dicipta di bandar Kufah, Iraq. Antara ciri-ciri yang nyata pada bentuk khat Kufi ialah sudut-sudutnya tegak berdiri secara pendek berdasarkan bentuk bulat, berbentuk segi, berbentuk panjang yang dibaringkan dan bersifat terang mengikut format datar pada penulisan Al-Quran. Selain digunakan untuk tulisan Al-Quran, khat ini juga digunakan untuk hiasan senibina dan ukiran-ukiran seperti pada masjid-masjid Umar di Baitulmaqdis dan Masjid Jamek di Cordova.







KHAT THULUTH

Tulisan khat Thuluth lebih bersifat monumental, dipakai terutamanya untuk tujuan-tujuan dekorasi pelbagai manuskrip dan inskripsi sebagaimana banyak dipakai untuk menghiasi tembok-tembok gedung. Orang yang memulakan khat ini ialah Wazir Ibn Muqlah.







KHAT DIWANI

Khat ini dinamakan sedemikian kerana ianya digunakan di Dewan Uthmani Al-Humayani. Semua perintah diraja, pengumuman dan penyiaran ditulis dalam bentuk khat ini. Antara ciri-ciri yang ada padanya ialah huruf-hurufnya berpanca antara satu sama lain, mempunyai lebihan di atas dan berkeadaan terhulur dari atas. Bentuk khat Diwani agak sukar ditulis dan dibaca.







KHAT FARISI

Khat Farisi juga dikenali sebagai khat Ta'liq. Khat ini telah lahir pada abad ke 13M. Ia berkembang di Iran dan mencapai tingkat seni yang tertinggi. Dinamakan khat Ta'liq kerana huruf-hurufnya bergantung di antara khat Nasakh dan khat Thuluth dan ciri-ciri keduanya terhimpun di dalam khat Ta'liq atau Farisi ini.








Begitulah serba sedikit info yang dapat saya kongsikan bersama tentang topik entry saya pada hari ini. Namun begitu, hari ini ramai dari kalangan orang melayu khususnya, tidak tahu bagaimana hendak membaca tulisan jawi apatah lagi membacanya. Di manakah silapnya, silalah beri komen ....adakah anda tergolong di dalam lingkungan mereka yang dimaksudkan???

Akhirnya, marilah kita sama-sama memartabat dan membudayakan tulisan jawi dengan mencantikkannya melalui penulisan seni khat yang pelbagai jenis, bentuk dan corak. Biarlah tulisan jawi dan khat terus sinonim dengan orang Melayu kerana ia adalah salah satu cabang kesenian Islam yang boleh kita banggakan.


Read more...

GARIS PANDUAN KALIGRAFI AL-QURAN KPDN HEP

 




GARIS PANDUAN KALIGRAFI AL-QURAN

 LEMBAGA PENGAWALAN DAN PELESENAN PENCETAKAN

AL-QUR’AN KEMENTERIAN DALAM NEGERI

0


1. TUJUAN

Tujuan dokumen ini disediakan adalah sebagai panduan bagi pembuatan dan penulisan kaligrafi Al-Quran bagi memastikan kesahihan tulisan Al-Quran pada kaligrafi dan menjaga kehormatan ayat-ayat suci Al-Quran dan kesuciannya.

Garis panduan perlu menjadi rujukan kepada:

a. Para pengusaha, pengilang, pencetak, penerbit, penjual, pekerja, orang awam dan pihak-pihak yang terlibat dengan kegiatan pembuatan dan penulisan bahan-bahan yang mengandungi ayat-ayat suci Al-Quran dan;

b. Agensi-agensi kerajaan di peringkat Persekutuan dan Negeri serta Pihak Berkuasa Tempatan (PBT) yang bertanggungjawab melulus dan mengawal aktiviti-aktiviti yang berkaitan dengan perkara di atas.

Garis panduan ini hendaklah digunakan dan dibaca bersama dengan Garis Panduan Pembuatan, Pengendalian, Penjualan Dan Pelupusan Bahan Penerbitan yang Mengandungi Ayat-Ayat Suci Al-Quran (JAKIM).

2. PENDAHULUAN

2.1 Penulisan kaligrafi Al-Quran merupakan satu daripada cabang kesenian Islam yang indah dan menarik. Selain hiasan di masjid-masjid seni kaligrafi Al-Quran juga dihiasi di bangunan, bahan-bahan iklan, pelekat pada kenderaan, bahan cenderamata, bahan perhiasan dan sebagainya. Bingkai-bingkai kaligrafi Al-Quran juga sering dilihat di rumah-rumah dan di kedai-kedai makan orang Islam.

 1


2.2 Bagi menjaga kesucian ayat suci Al-Quran pembuatan, penulisan, pengendalian serta pelupusan kaligrafi Al-Quran hendaklah mengikut peraturan yang tertentu sebagai mana naskhah Al-Quran.

2.3 Kaligrafi Al-Quran pada bahan-bahan di atas adalah termasuk dalam kategori “Bahan Al-Quran” yang dikawal di bawah Akta Percetakan Teks Al-Quran (APTQ) 1986. Sebarang kesilapan dalam penulisan ayat-ayat Al- Quran atau tidak mematuhi Garis Panduan yang ditetapkan adalah merupakan kesalahan yang boleh diambil tindakan di bawah APTQ 1986.

3. TAKRIFAN

Dalam garis panduan ini terdapat beberapa istilah yang patut difahami antaranya;

 3.1 Kaligrafi

3.2 Al-Quran

: Bermaksud seni menulis dengan indah; atau seni khat tulisan tangan yang menghasilkan huruf atau tulisan yang indah sebagai suatu seni khat (Kamus Dewan Bahasa dan Pustaka).

: Bermaksud kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam bahasa Arab sebagai mukjizat yang dinaqalkan secara mutawatir, ditulis dalam mushaf bermula dengan surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An- Nas membacanya adalah ibadah. (Mengenal al-Quran dan Asas-asas al-Quran, Dr. Abdul Ghani Azmi bin Haji Idris).

2


3.3 Bahan Al-Quran

: Sesuatu dokumen yang mengandungi mana- mana ayat Al-Quran selain daripada teks Al- Quran sebagaimana yang ditakrifkan dalam seksyen ini. (Akta Pencetakan Teks Al-Quran 1986).

: Perihal (kegiatan, usaha dsb) membuat;

Ia termasuklah menulis, mencetak, menerbit, mengukir dan menempa yang bertujuan menghasilkan sesuatu bahan penerbitan atau barangan yang mengandungi ayat-ayat al-Quran.

: Ditakrifkan sebagai proses penghasilan simbol- simbol grafik yang disusun berdasarkan pertuturan yang membentuk perkataan dan seterusnya disusun menjadi ayat.

: Dhabt al-Quran ialah ilmu yang membicarakan mengenai 'alamah (tanda) yang diletakkan pada huruf-huruf yang terdapat di dalam Al-Quran iaitu harakah (baris), sukun (mati), tasydid (sabdu), mad (tanda panjang) dan sebagainya.

: Ialah huruf Hamzah yang terletak sama ada di awal kalimah, tengah kalimah, dan akhir kalimah dan ia tetap dibaca mengikut baris sama ada semasa memulakan bacaan atau ketika dibaca sambung.

 3.4 Pembuatan

 3.5 Penulisan

3.6 Dhabt al-Quran

   3.7 Hamzah Al-Qat’ie

3


3.8 Syaddah

)شدة( atau yang disebut syaddah )تشديد( Tasydid : adalah harakat yang bentuk hurufnya (w) yang )س( ”diberi atau seperti kepala dari huruf “sin yang diletakkan di atas huruf Arab (ّ ) yang berulang.

: Hiasan huruf yang mengikut kaedah setiap jenis khat. (Lampiran 1)

: Adalah apa-apa bahan dalam bentuk khat yang melibatkan kalimah dan ayat-ayat Al-Quran.

: Lafaz yang dituturkan oleh manusia.

3.9 Tazyin

3.10 Kaligrafi Al-Quran

3.11 Kalimah

.4

PANDUAN PEMBUATAN KALIGRAFI AL-QURAN

Semua aktiviti berkaitan dengan pembuatan bahan-bahan yang mengandungi tulisan kaligrafi Al-Quran hendaklah;

a. Orang yang terlibat dalam pembuatan kaligrafi Al-Quran seperti menulis, mengukir, mereka bentuk, mencetak dan sebagainya hendaklah orang Islam;

b. Sebarang aktiviti berkaitan dengan kaligrafi Al-Quran hendaklah dilakukan di tempat yang bersih dan terkawal daripada pencemaran najis;

c. Proses pembuatan hendaklah menggunakan bahan-bahan serta alat-alat yang bersih dan suci mengikut hukum syarak;

4

d. Kaligrafi Al-Quran pada kulit binatang adalah dibolehkan asalkan ianya mengikut syariat dan haram menggunakan kulit binatang ‘babi’ dan ‘anjing’.

e. Dilarang menulis kaligrafi Al-Quran di akhbar-akhbar, key chain, kasut, selipar, pakaian, kad ucapan, lantai, mangkuk piuter, pedang, rantai leher dan seumpamanya.

f. Dilarang menulis atau melukis kaligrafi al-Quran pada badan manusia atau haiwan; (Contoh-contoh pembuatan Khat Al-Quran yang tidak di benarkan adalah seperti di Lampiran 2)

g. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan kaligrafi al-Quran, mestilah bahan yang berkualiti, sesuai ketahanan, tidak mudah rosak supaya tidak mudah hilang atau tertanggal huruf, baris atau titiknya;

h. Penulisan kaligrafi Al-Quran pada dinding bangunan, papan iklan, kain rentang dan lain-lain hendaklah dikemukakan terlebih dahulu kepada Pihak Berkuasa Tempatan (PBT) atau pihak berkuasa yang berkaitan untuk kelulusan.

(Contoh-contoh pembuatan Khat Al-Quran yang tidak di benarkan adalah seperti di Lampiran 3)

 5


5. PANDUAN PENULISAN KALIGRAFI AL-QURAN

5.1

a. b.

c.

d.

e.

f.

g.

h.

i.

Panduan penulisan kaligrafi al-Quran hendaklah menepati panduan berikut:

Dilakukan oleh orang yang beragama Islam;

Tulisan ayat-ayat Al-Quran pada kaligrafi Al-Quran hendaklah mengutamakan tulisan Rasm Uthmani;

Tulisan hendaklah mengikut kaedah khat yang betul, jelas dan boleh dibaca;

Dilarang menulis kalimah dan ayat-ayat Al-Quran dengan tulisan selain daripada bahasa Arab;

Dilarang menulis kaligrafi Al-Quran berbentuk makhluk bernyawa atau sebarang bentuk yang boleh menjatuhkan kesucian Al-Quran;

Latar belakang kaligrafi tidak boleh mengandungi sebarang unsur makhluk bernyawa atau yang tidak sesuai dengan kemuliaan al-Quran.

Kaligrafi Al-Quran hendaklah ditulis dengan jelas dan disertakan dengan nama surah, bilangan ayat yang betul dan teratur;

Setiap penulisan mestilah sempurna dan mengikut kaedah penulisan kaligrafi Al-Quran;

Khat yang susah dibaca seperti Khat Kufi Murabba’ dan Khat Diwani Jaliyy hendaklah menyertakan sekali Khat Nasakh bersaiz kecil di bahagian bawah karya tersebut bagi memudahkan pengecaman masyarakat untuk membaca kaligrafi Al-Quran;

 j. Setiap penulisan mestilah sempurna dari segi maksud ayat dan tidak tergantung dari aspek maksud ayat;

k. Setiap surah yang lengkap mesti didahului dengan Basmalah kecuali surah Al-Taubah.

l. Setiap penulisan kaligrafi Al-Quran tidak boleh disambungkan atau dicampur adukkan dalam satu susunan dengan apa-apa tulisan lain termasuk hadith, kata-kata ulama dan sebagainya; (kecuali dengan

6


membezakan jenis khat atau warna dan saiz tulisan adalah dibenarkan.)

(Lihat Lampiran 4)

m. Hamzah Al-Qat’ie, syaddah dan tanda mad perlu diletakkan di dalam setiap

 5.2

penulisan kaligrafi Al-Quran

Penulisan Mengikut Jenis-Jenis Khat

Jenis-jenis khat yang digunapakai dalam penulisan kaligrafi Al-Quran adalah seperti berikut:

a. Khat Nasakh;

b. Khat Kufi;

c. Khat Ruq’ah/Riq’ah;

d. Khat Farisi;

e. Khat Thuluth;

f. Khat Diwani; dan Diwani Jali g. Lain-lain khat yang muktabar.

5.2.1 Khat Nasakh

Ciri-ciri Penulisan

- Bentuk huruf lebih kecil daripada Khat Thuluth

- Ketepatan bentuk huruf mengikut kaedah Khat Nasakh.

- Mudah dibaca dan sesuai untuk penulisan mushaf.

- Disertakan Rasm dan Dhabt yang mengikut kaedah

Contoh Khat di Lampiran A

7


5.2.2 Khat Kufi

Ciri-ciri Penulisan

- Ketepatan bentuk huruf mengikut kaedah Khat Kufi.

- Bentuk huruf bersegi dan kaku.

- Rasm tanpa Dhabt Al-Quran.

- Perlu disertakan dengan penulisan Khat Nasakh.

Contoh Khat di Lampiran B

5.2.3 Khat Ruq’ah / Riq’ah

Ciri-ciri Penulisan

- Ketepatan bentuk huruf mengikut kaedah Khat Ruq’ah/Riq’ah .

- Mudah dibaca mengikut pandangan ahli khat.

- Hurufnya ringkas dan lebih keras berbanding Khat Diwani.

- Tidak mempunyai baris dan hiasan (Tazyin).

- Rasm tanpa Dhabt Al-Quran.

Contoh Khat di Lampiran C

5.2.4 Khat Farisi

Ciri-ciri Penulisan

- Ketepatan bentuk huruf mengikut kaedah Khat Farisi.

- Hurufnya condong ke kanan.

- Mudah dibaca mengikut pandangan ahli khat.

- Tidak mempunyai baris dan hiasan (Tazyin)

- Rasm tanpa Dhabt Al-Quran.

Contoh Khat di Lampiran D

5.2.5 Khat Thuluth

Ciri-ciri Penulisan

- Ketepatan bentuk huruf dan susunan kalimah hendaklah mengikut kaedah Khat Thuluth.

- Huruf-hurufnya lebih besar dan panjang berbanding khat naskh.

 8


- Merupakan khat yang paling cantik dan paling sukar untuk ditulis.

- Mempunyai Tazyin yang khusus bagi mengimbangi susunan tulisan.

- Rasm dan Tazyin (hiasan huruf yang mengikut kaedah). Contoh Khat di Lampiran E

5.2.6 Khat Diwani

Ciri-ciri Penulisan

- Ketepatan bentuk huruf mengikut kaedah Khat Diwani.

- BerasaldaripadaKhatRiq’ah.

- Ditulis dengan lebih lembut dan banyak mempunyai

lengkungan berbanding dengan Khat Riq’ah.

Contoh Khat di Lampiran F

5.2.7 Khat Diwani Jaliyy

Ciri-ciri Penulisan

- Ketepatan bentuk huruf mengikut kaedah Khat Diwani

Jaliyy dan Tazyin (hiasan huruf yang mengikut kaedah).

- Bentuk huruf menyerupai khat Diwani.

- Tulisan dipenuhi dengan Tazyin dan titik-titik kecil.

- Kebiasaannya ditulis dalam bentuk pedang atau bahtera.

Contoh Khat di Lampiran G

 9


PENUTUP

Rakyat Malaysia begitu berminat untuk mendapatkan bahan-bahan perhiasan yang mengandungi kaligrafi ayat-ayat Al-Quran, tanpa mengetahui bahawa kadangkala terdapat kesalahan penulisan kaligrafi Al Quran pada bahan-bahan berkenaan. Justeru itu garis panduan ini diharapkan dapat membantu masyarakat mengesan kesilapan-kesilapan tersebut supaya kesucian dan keutuhan Al-Quran tetap terpelihara. Dengan adanya garis panduan ini juga diharap pengguna khususnya dan pengusaha juga akan lebih prihatin dalam menjaga kesucian Al Quran pada bahan-bahan perhiasan.

RUJUKAN

i. Akta Pencetakan Teks Al-Quran (APTQ) 1986, Kementerian Dalam Negeri.

ii. Peraturan Pencetakan Teks Al-Quran, APTQ 1986.

iii. Garis Panduan Pengendalian, Penjualan dan Pelupusan Bahan-bahan Penerbitan yang mengandungi ayat-ayat suci Al-Quran (JAKIM).

iv. Kamus Dewan Bahasa dan Pustaka, Cetakkan Ke Empat.

v. Mengenal al-Quran dan Asas-asas al-Quran, Dr. Abdul Ghani Azmi bin


  GARIS PANDUAN KALIGRAFI AL-QURAN

 LEMBAGA PENGAWALAN DAN PELESENAN PENCETAKAN

AL-QUR’AN KEMENTERIAN DALAM NEGERI

0


1. TUJUAN

Tujuan dokumen ini disediakan adalah sebagai panduan bagi pembuatan dan penulisan kaligrafi Al-Quran bagi memastikan kesahihan tulisan Al-Quran pada kaligrafi dan menjaga kehormatan ayat-ayat suci Al-Quran dan kesuciannya.

Garis panduan perlu menjadi rujukan kepada:

a. Para pengusaha, pengilang, pencetak, penerbit, penjual, pekerja, orang awam dan pihak-pihak yang terlibat dengan kegiatan pembuatan dan penulisan bahan-bahan yang mengandungi ayat-ayat suci Al-Quran dan;

b. Agensi-agensi kerajaan di peringkat Persekutuan dan Negeri serta Pihak Berkuasa Tempatan (PBT) yang bertanggungjawab melulus dan mengawal aktiviti-aktiviti yang berkaitan dengan perkara di atas.

Garis panduan ini hendaklah digunakan dan dibaca bersama dengan Garis Panduan Pembuatan, Pengendalian, Penjualan Dan Pelupusan Bahan Penerbitan yang Mengandungi Ayat-Ayat Suci Al-Quran (JAKIM).

2. PENDAHULUAN

2.1 Penulisan kaligrafi Al-Quran merupakan satu daripada cabang kesenian Islam yang indah dan menarik. Selain hiasan di masjid-masjid seni kaligrafi Al-Quran juga dihiasi di bangunan, bahan-bahan iklan, pelekat pada kenderaan, bahan cenderamata, bahan perhiasan dan sebagainya. Bingkai-bingkai kaligrafi Al-Quran juga sering dilihat di rumah-rumah dan di kedai-kedai makan orang Islam.

 1


2.2 Bagi menjaga kesucian ayat suci Al-Quran pembuatan, penulisan, pengendalian serta pelupusan kaligrafi Al-Quran hendaklah mengikut peraturan yang tertentu sebagai mana naskhah Al-Quran.

2.3 Kaligrafi Al-Quran pada bahan-bahan di atas adalah termasuk dalam kategori “Bahan Al-Quran” yang dikawal di bawah Akta Percetakan Teks Al-Quran (APTQ) 1986. Sebarang kesilapan dalam penulisan ayat-ayat Al- Quran atau tidak mematuhi Garis Panduan yang ditetapkan adalah merupakan kesalahan yang boleh diambil tindakan di bawah APTQ 1986.

3. TAKRIFAN

Dalam garis panduan ini terdapat beberapa istilah yang patut difahami antaranya;

 3.1 Kaligrafi

3.2 Al-Quran

: Bermaksud seni menulis dengan indah; atau seni khat tulisan tangan yang menghasilkan huruf atau tulisan yang indah sebagai suatu seni khat (Kamus Dewan Bahasa dan Pustaka).

: Bermaksud kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam bahasa Arab sebagai mukjizat yang dinaqalkan secara mutawatir, ditulis dalam mushaf bermula dengan surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An- Nas membacanya adalah ibadah. (Mengenal al-Quran dan Asas-asas al-Quran, Dr. Abdul Ghani Azmi bin Haji Idris).

2


3.3 Bahan Al-Quran

: Sesuatu dokumen yang mengandungi mana- mana ayat Al-Quran selain daripada teks Al- Quran sebagaimana yang ditakrifkan dalam seksyen ini. (Akta Pencetakan Teks Al-Quran 1986).

: Perihal (kegiatan, usaha dsb) membuat;

Ia termasuklah menulis, mencetak, menerbit, mengukir dan menempa yang bertujuan menghasilkan sesuatu bahan penerbitan atau barangan yang mengandungi ayat-ayat al-Quran.

: Ditakrifkan sebagai proses penghasilan simbol- simbol grafik yang disusun berdasarkan pertuturan yang membentuk perkataan dan seterusnya disusun menjadi ayat.

: Dhabt al-Quran ialah ilmu yang membicarakan mengenai 'alamah (tanda) yang diletakkan pada huruf-huruf yang terdapat di dalam Al-Quran iaitu harakah (baris), sukun (mati), tasydid (sabdu), mad (tanda panjang) dan sebagainya.

: Ialah huruf Hamzah yang terletak sama ada di awal kalimah, tengah kalimah, dan akhir kalimah dan ia tetap dibaca mengikut baris sama ada semasa memulakan bacaan atau ketika dibaca sambung.

 3.4 Pembuatan

 3.5 Penulisan

3.6 Dhabt al-Quran

   3.7 Hamzah Al-Qat’ie

3


3.8 Syaddah

)شدة( atau yang disebut syaddah )تشديد( Tasydid : adalah harakat yang bentuk hurufnya (w) yang )س( ”diberi atau seperti kepala dari huruf “sin yang diletakkan di atas huruf Arab (ّ ) yang berulang.

: Hiasan huruf yang mengikut kaedah setiap jenis khat. (Lampiran 1)

: Adalah apa-apa bahan dalam bentuk khat yang melibatkan kalimah dan ayat-ayat Al-Quran.

: Lafaz yang dituturkan oleh manusia.

3.9 Tazyin

3.10 Kaligrafi Al-Quran

3.11 Kalimah

.4

PANDUAN PEMBUATAN KALIGRAFI AL-QURAN

Semua aktiviti berkaitan dengan pembuatan bahan-bahan yang mengandungi tulisan kaligrafi Al-Quran hendaklah;

a. Orang yang terlibat dalam pembuatan kaligrafi Al-Quran seperti menulis, mengukir, mereka bentuk, mencetak dan sebagainya hendaklah orang Islam;

b. Sebarang aktiviti berkaitan dengan kaligrafi Al-Quran hendaklah dilakukan di tempat yang bersih dan terkawal daripada pencemaran najis;

c. Proses pembuatan hendaklah menggunakan bahan-bahan serta alat-alat yang bersih dan suci mengikut hukum syarak;

4

d. Kaligrafi Al-Quran pada kulit binatang adalah dibolehkan asalkan ianya mengikut syariat dan haram menggunakan kulit binatang ‘babi’ dan ‘anjing’.

e. Dilarang menulis kaligrafi Al-Quran di akhbar-akhbar, key chain, kasut, selipar, pakaian, kad ucapan, lantai, mangkuk piuter, pedang, rantai leher dan seumpamanya.

f. Dilarang menulis atau melukis kaligrafi al-Quran pada badan manusia atau haiwan; (Contoh-contoh pembuatan Khat Al-Quran yang tidak di benarkan adalah seperti di Lampiran 2)

g. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan kaligrafi al-Quran, mestilah bahan yang berkualiti, sesuai ketahanan, tidak mudah rosak supaya tidak mudah hilang atau tertanggal huruf, baris atau titiknya;

h. Penulisan kaligrafi Al-Quran pada dinding bangunan, papan iklan, kain rentang dan lain-lain hendaklah dikemukakan terlebih dahulu kepada Pihak Berkuasa Tempatan (PBT) atau pihak berkuasa yang berkaitan untuk kelulusan.

(Contoh-contoh pembuatan Khat Al-Quran yang tidak di benarkan adalah seperti di Lampiran 3)

 5


5. PANDUAN PENULISAN KALIGRAFI AL-QURAN

5.1

a. b.

c.

d.

e.

f.

g.

h.

i.

Panduan penulisan kaligrafi al-Quran hendaklah menepati panduan berikut:

Dilakukan oleh orang yang beragama Islam;

Tulisan ayat-ayat Al-Quran pada kaligrafi Al-Quran hendaklah mengutamakan tulisan Rasm Uthmani;

Tulisan hendaklah mengikut kaedah khat yang betul, jelas dan boleh dibaca;

Dilarang menulis kalimah dan ayat-ayat Al-Quran dengan tulisan selain daripada bahasa Arab;

Dilarang menulis kaligrafi Al-Quran berbentuk makhluk bernyawa atau sebarang bentuk yang boleh menjatuhkan kesucian Al-Quran;

Latar belakang kaligrafi tidak boleh mengandungi sebarang unsur makhluk bernyawa atau yang tidak sesuai dengan kemuliaan al-Quran.

Kaligrafi Al-Quran hendaklah ditulis dengan jelas dan disertakan dengan nama surah, bilangan ayat yang betul dan teratur;

Setiap penulisan mestilah sempurna dan mengikut kaedah penulisan kaligrafi Al-Quran;

Khat yang susah dibaca seperti Khat Kufi Murabba’ dan Khat Diwani Jaliyy hendaklah menyertakan sekali Khat Nasakh bersaiz kecil di bahagian bawah karya tersebut bagi memudahkan pengecaman masyarakat untuk membaca kaligrafi Al-Quran;

 j. Setiap penulisan mestilah sempurna dari segi maksud ayat dan tidak tergantung dari aspek maksud ayat;

k. Setiap surah yang lengkap mesti didahului dengan Basmalah kecuali surah Al-Taubah.

l. Setiap penulisan kaligrafi Al-Quran tidak boleh disambungkan atau dicampur adukkan dalam satu susunan dengan apa-apa tulisan lain termasuk hadith, kata-kata ulama dan sebagainya; (kecuali dengan

6


membezakan jenis khat atau warna dan saiz tulisan adalah dibenarkan.)

(Lihat Lampiran 4)

m. Hamzah Al-Qat’ie, syaddah dan tanda mad perlu diletakkan di dalam setiap

 5.2

penulisan kaligrafi Al-Quran

Penulisan Mengikut Jenis-Jenis Khat

Jenis-jenis khat yang digunapakai dalam penulisan kaligrafi Al-Quran adalah seperti berikut:

a. Khat Nasakh;

b. Khat Kufi;

c. Khat Ruq’ah/Riq’ah;

d. Khat Farisi;

e. Khat Thuluth;

f. Khat Diwani; dan Diwani Jali g. Lain-lain khat yang muktabar.

5.2.1 Khat Nasakh

Ciri-ciri Penulisan

- Bentuk huruf lebih kecil daripada Khat Thuluth

- Ketepatan bentuk huruf mengikut kaedah Khat Nasakh.

- Mudah dibaca dan sesuai untuk penulisan mushaf.

- Disertakan Rasm dan Dhabt yang mengikut kaedah

Contoh Khat di Lampiran A

7


5.2.2 Khat Kufi

Ciri-ciri Penulisan

- Ketepatan bentuk huruf mengikut kaedah Khat Kufi.

- Bentuk huruf bersegi dan kaku.

- Rasm tanpa Dhabt Al-Quran.

- Perlu disertakan dengan penulisan Khat Nasakh.

Contoh Khat di Lampiran B

5.2.3 Khat Ruq’ah / Riq’ah

Ciri-ciri Penulisan

- Ketepatan bentuk huruf mengikut kaedah Khat Ruq’ah/Riq’ah .

- Mudah dibaca mengikut pandangan ahli khat.

- Hurufnya ringkas dan lebih keras berbanding Khat Diwani.

- Tidak mempunyai baris dan hiasan (Tazyin).

- Rasm tanpa Dhabt Al-Quran.

Contoh Khat di Lampiran C

5.2.4 Khat Farisi

Ciri-ciri Penulisan

- Ketepatan bentuk huruf mengikut kaedah Khat Farisi.

- Hurufnya condong ke kanan.

- Mudah dibaca mengikut pandangan ahli khat.

- Tidak mempunyai baris dan hiasan (Tazyin)

- Rasm tanpa Dhabt Al-Quran.

Contoh Khat di Lampiran D

5.2.5 Khat Thuluth

Ciri-ciri Penulisan

- Ketepatan bentuk huruf dan susunan kalimah hendaklah mengikut kaedah Khat Thuluth.

- Huruf-hurufnya lebih besar dan panjang berbanding khat naskh.

 8


- Merupakan khat yang paling cantik dan paling sukar untuk ditulis.

- Mempunyai Tazyin yang khusus bagi mengimbangi susunan tulisan.

- Rasm dan Tazyin (hiasan huruf yang mengikut kaedah). Contoh Khat di Lampiran E

5.2.6 Khat Diwani

Ciri-ciri Penulisan

- Ketepatan bentuk huruf mengikut kaedah Khat Diwani.

- BerasaldaripadaKhatRiq’ah.

- Ditulis dengan lebih lembut dan banyak mempunyai

lengkungan berbanding dengan Khat Riq’ah.

Contoh Khat di Lampiran F

5.2.7 Khat Diwani Jaliyy

Ciri-ciri Penulisan

- Ketepatan bentuk huruf mengikut kaedah Khat Diwani

Jaliyy dan Tazyin (hiasan huruf yang mengikut kaedah).

- Bentuk huruf menyerupai khat Diwani.

- Tulisan dipenuhi dengan Tazyin dan titik-titik kecil.

- Kebiasaannya ditulis dalam bentuk pedang atau bahtera.

Contoh Khat di Lampiran G

 9


PENUTUP

Rakyat Malaysia begitu berminat untuk mendapatkan bahan-bahan perhiasan yang mengandungi kaligrafi ayat-ayat Al-Quran, tanpa mengetahui bahawa kadangkala terdapat kesalahan penulisan kaligrafi Al Quran pada bahan-bahan berkenaan. Justeru itu garis panduan ini diharapkan dapat membantu masyarakat mengesan kesilapan-kesilapan tersebut supaya kesucian dan keutuhan Al-Quran tetap terpelihara. Dengan adanya garis panduan ini juga diharap pengguna khususnya dan pengusaha juga akan lebih prihatin dalam menjaga kesucian Al Quran pada bahan-bahan perhiasan.

RUJUKAN

i. Akta Pencetakan Teks Al-Quran (APTQ) 1986, Kementerian Dalam Negeri.

ii. Peraturan Pencetakan Teks Al-Quran, APTQ 1986.

iii. Garis Panduan Pengendalian, Penjualan dan Pelupusan Bahan-bahan Penerbitan yang mengandungi ayat-ayat suci Al-Quran (JAKIM).

iv. Kamus Dewan Bahasa dan Pustaka, Cetakkan Ke Empat.

v. Mengenal al-Quran dan Asas-asas al-Quran, Dr. Abdul Ghani Azmi bin Haji Idris.

 10


TAZYIN KHAT THULUTH DAN NASKH

LAMPIRAN 1

   

CONTOH-CONTOH PENULISAN KHAT DALAM BENTUK MAKHLUK BERNYAWA DAN BENTUK YANG MENJATUHKAN KESUCIAN AL-QURAN

LAMPIRAN 2

    

MENCETAK KALIGRAFI AL-QURAN DI ATAS SELUAR

LAMPIRAN 2

 MENCETAK KALIGRAFI AL-QURAN DI ATAS KASUT

 

KALIGRAFI DITEMPA DI ATAS TUBUH MANUSIA

LAMPIRAN 2

  

SALAH SAMBUNGAN HURUF SEHINGGA TERTUKAR HURUF DZAL KEPADA HURUF ZAI

TERDAPAT HURUF YANG BERSAMBUNG DAN TERPUTUS SEHINGGA MEROSAKKAN PERKATAAN. SEPERTI HURUF RA’ MENYERUPAI HURUF DAL DAN KESALAHAN SAMBUNGAN HURUF HA’ DAN HURUF DAL PADA KALIMAH AHAD

LAMPIRAN 3

  

HURUF KAF TERPUTUS PADA KALIMAH AKBAR

LAMPIRAN 3

 

KALIGRAFI AL-QURAN TIDAK MENGIKUT DISPLIN DAN KAEDAH KHAT

LAMPIRAN 3

  

KEDUDUKAN TITIK HURUF TIDAK DI TEMPAT BETUL

LAMPIRAN 3

  RUMAH HURUF YA’ TIADA

 

TITIK HURUF NUN TIADA TITIK

HURUF ALIF TIADA

LAMPIRAN 3

  HURUF HA’ BERTUKAR

 

CONTOH PENULISAN KALIGRAFI AL-QURAN YANG DIBENARKAN KETIKA BERSAMBUNG ATAU BERCAMPUR DENGAN APA-APA TULISAN LAIN TERMASUK HADITH, KATA-KATA ULAMA DAN SEBAGAINYA

LAMPIRAN 4

 

KHAT NASKH

LAMPIRAN A

  

KHAT KUFI

LAMPIRAN B

 

LAMPIRAN B

   

KHAT RIQ’AH / RUQ’AH

LAMPIRAN C

  

KHAT FARISI / NASTA’LIQ

LAMPIRAN D

   

KHAT THULUTH A’ADI

LAMPIRAN E

  

KHAT DIWANI

LAMPIRAN F

  

KHAT DIWANI JALIYY

LAMPIRAN G

  


Read more...